Jumat, 13 Juni 2014

MAKALAH MENGUAK HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI DA’I DAN MAD’U




MENGUAK HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI DA’I DAN MAD’U

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Alloh SWT yang paling sempurna. Dibandingkan dengan makhluk Alloh SWT yang lain seperti jin, malaikat, dan hewan. Manusialah yang paling unggul diantara mereka. Jin hanya di beri afsu oleh Alloh SWT, begitu juga dengan hewan,dia hanya diberi nafsu saja, lain halnya dengan malaikat, dia hanya diberi akal saja tanpa nafsu. Tetapi manusia di beri Alloh SWT nafsu dan akal, karna kelebihan inilah manusi di beri beban tugas yang sangat berat, dia di bebani sebagai kholifah fil ard
Sebagai kholifah fil ard yang mempunyai nafsu dan akal, manusia di tugaskan untuk menyembah Alloh SWT. Dari zaman Nabi Adam A.S. sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW terjadi proses penyampaian informasi tentang pengesaan Alloh SWT oleh Da’i dan proses penerimaan informasi tentang ke-Esaan Alloh SWT oleh mad’u.
Seorang da’i hanya berkewajiban untuk menyampaikan informasi (mengenai tauhid) kepada mad’u saja. Soal penerimaan dari mad’u itu rusan Alloh SWT
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut
1.         Apa pengertian da’i dan mad’u?
2.         Apa tugas seorang da’i?
3.         Bagaimana gambaran umum seorang mad’u?
C.      Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas. Maka penulis membuat tujuan penulisan sebagai berikut
1.        Memahami pengertian da’i dan mad’u
2.        Mengerti tugas seorang da’i
3.        Mengetahui gambaran umum seorang mad’u

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Da’i dan Mad’u
Da’i berasal dari bahasa arab da’a yang artinya mengajak atau menyeru da’i merupakan isim fail yang artinya orang yang mengajak. Dalam ilmu dakwah da’i berarti orang yang mengajak mad’u kepada jalan Alloh SWT dengan menggunakan strategi atau metode dakwah tertentu. Banyak metode dalam berdakwah yang dapat digunakan oleh da’i agar proses dakwah itu berjalan efisien. Film, buku, tauladan yang bagus, seruan kepada kebaikan, Internet facebook, adalah sebagian kecil dari berbagai sarana yang dapat di gunakan oleh da’i dalam berdakwah. Tentunya agar proses dakwah yang dilakukan da’I berjalan efisien dan mengena kepada mad’u. haruslah seorang da’i dalam berdawah menggunakan metode bil hikmah.
Sedangkan pengertian mad’u adalah orang yang diajak, mad’u merupakan isim maf’ul yang berposisi sebagai objek, yakni objek dakwah. Jadi, mad’u berarti orang muslim atau non muslim yang menjadi objek atau sasaran dalam berdakwah yang dilakukan oleh da’i.
Mad’u muslim berarti orang-orang islam yang di seru atau di ajak atau di bimbing oleh da’i agar lebih memahami dan lebih mengerti ajaran agama islam dan cara mengesakan Alloh SWT, sedangkan mad’u non muslim berarti orang-orang non islam yang diseru atau diajak oleh da’i untuk di perkenalkan oleh agama Islam dan Alloh SWT sebagai tuhan alam semesta. Mereka diajak masuk Islam dan mengesakan Alloh SWT.
B.       Tugas Seorang Da’i
Berdakwah hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita sebagai seorang muslim yang sudah baligh. Berkewajiban mengajak (berdakwah) kepada masyarakat kepada kebaikan. Berdakwah tidak hanya di lakukan dengan jalan berpidato atau berceramah di atas panggung. Tetapi dakwah akan lebih efisien (mengena kepada mad’u) jika di lakukan dengan hikmah.
Firman Alloh SWT.
Yang artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik.[1]
Ayat ini menerangkan bahwa kita di wajibkan berdakwah dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik dan membantah orang-orang yang menentang Islam dengan cara yang baik. Maksud dari hikmah di ayat ini adalah dakwah yang dilakukan oleh da’i haruslah sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut, yakni harus sesuai dengan audiens (mad’u), dan harus menyakinkan kepada mad’u. maksud dari yang pertama adalah seorang da’i dalam berdakwah haruslah mengerti kebiasaan, dan keadaan mad’u tersebut, agar dalam penggunaan metode berdakwah dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat, sedangkan maksud dari yang kedua adalah seorang da’i haruslah lebih unggul dalam segi keilmuannya agar dalam penyampaian materi dakwah, da’i tidak diremehkan oleh mad'u da da’i dapat meyakinkan pada mad’u.
Dakwah yang di lakukan oleh da’I, seyogyanya bukan sebagai penaklukan, yang artinya, seorang da’I melakukan sebuah doktrinasi pengetahuan kepada mad’u sehingga mad’u merasa mendapat grojokan ilmu pengetahuan dari da’I dan akhirnya da’I tersebut mendapatkan umat atau pengikut yang banyak, tapi, seyogyanya dakwah itu dilakukan dari hati, yakni membimbing umat untuk menjadi bertambah baik, yang di lakukan dengan hikmah.
C.      Gambaran umum seorang mad’u
Mad’u atau audiens memiliki berbagai karakter, seorang da’i yang baik haruslah mengerti kondisi mad’unya, da'i tidak dapat memaksa mad’u agar mau menerima dakwahannya, tetapi da’i haruslah menyesuaikan metode dakwahnya agar apa yang di dakwahkannya dapat diterima oleh mad’u dengan ikhlas dan lapang dada.
Sifat-sifat atau karakter mad’u pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
1.        Mad’u dengan karakter besok makan siapa.
2.        Mad’u dengan karakter besok makan dimana
3.        Mad’u dengan karakter besok makan apa
4.        Mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya
Mad’u dengan karakter besok makan siapa, penulis contohkan adalah seorang pedagang yang tidak jujur, hari ini dalam berdagang, dia telah menipu andaikan 10 orang pelanggannya, dan besok siapa lagi yang akan dia tipu lagi, itu artinya besok siapa lagi yang akan pedagang itu makan,
Sedangkan mad’u dengan karakter besok makan dimana, penulis contohkan adalah seorang yang miskin yang tidak menentu tempat tinggalnya, dimana besok dia makan itu menjadi beban baginya, mirip dengan karakter mad’u besok makan apa, penulis juga mencontohkan seorang yang miskin yang tidak tahu apa yang besok dapat dia makan, dan mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya, penulis contohkan sebagai seorang yang kaya yang suka berfoya-foya.
Mad’u dengan karakter-karakter seperti ini menjadi PR untuk seorang da’i dalam menentukan metode apa yang cocok dengan karakter mad’u tersebut, agar penyamoaian dakwah dapat bejalan efisien.



















BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Ø  Da’i adalah orang yang mengajak mad’u kepada jalan Alloh SWT dengan menggunakan strategi atau metode dakwah tertentu.
Ø  mad’u adalah orang muslim atau non muslim yang menjadi objek atau sasaran dalam berdakwah yang dilakukan oleh da’i.
Ø  Berdakwah hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita sebagai seorang muslim yang sudah baligh. Berkewajiban mengajak (berdakwah) kepada masyarakat kepada kebaikan
Ø  Sifat-sifat atau karakter mad’u pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
Ø Mad’u dengan karakter besok makan siapa.
Ø Mad’u dengan karakter besok makan dimana
Ø Mad’u dengan karakter besok makan apa
Ø Mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya
B.       Saran
Demikian persembahan makalah dari penulis, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, semoga  makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam memahami materi hakikat manusia sebagai da’i dan mad’u

DAFTAR PUSTAKA
Afandi Sholeh Ahmad, Abadiyah Faizatul, makalah pola kebijaksanaan dakwah dan rukunnya (kranji, 2014)


[1] Afandi Sholeh Ahmad, Abadiyah Faizatul, makalah pola kebijaksanaan dakwah dan rukunnya (kranji, 2014). Halaman 3.


di perbolehkan untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik hati.
jika kedua syarat itu terpenuhi, maka halal.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar