Jumat, 13 Juni 2014

makalah akhlak tasawuf, definisi akhlak dan tasawuf, dan asal usul tasawuf



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Sebagai umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintahnya agama, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang olehnya[1],di zaman sekarang ini, mungkin banyak diantara kita yang masih berkurang memperhatikan dan mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang memang seharusnya kita utamakan,disamping mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia.
            Namun, pada pernyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dri pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang kepada sesama mahluk ciptaan Allah.
            Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.[2]
A.    Rumusan Masalah
Bagaimana definisi akhlak?
Apa saja pembagian akhlak?
Bagaimana asal usul tasawuf?
Apa ciri umum tasawuf?

B.     Tujuan
Mengetahui defini dan pembagian akhlak
mengetahui asal usul dan  ciri umum tasawuf


BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAQ TASAWUF
1.    AKHLAQ
A.  Definisi Akhlaq
Akhlaq meenurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabi’at. Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqunخُلُقٌyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat[3]. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun مَخْلُوْقٌ yang berani yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa:
Hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan lain sebagainya).
Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
Dr. M. Abdulah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.[4]
B.  Pembagian A6khlaq
a.    Akhlaq terpuji ( Akhlaq Mahmudah)
Akhlaq terpuji selain disebut sebagai akhlaq mahmudah juga disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlaq mulia), atau makarim al-akhlaq[5]. Menurut Al-Ghazali akhlaq terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Sehinga mengamalkanya merupakan kewajiban indifidual setiap muslim[6].
b.    Akhlaq tercela (Akhlaq Madzmumah)
Akhlaq madzmumah adalah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia,cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain[7]. Segala bentuk akhlaq yang bertentangan dengan akhlaq terpuji disebut akhlaq tercela. Akhlaq tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia.
2.    TASAWUF
A.  Asal-Usul Tasawuf
Para ulama berbeda cara dalam mendifinisikan tasawuf. Di antaranya:
a.    Asy-Syekh Muhammad Amin Al-kudy mengatakan:[8] “tasawuf adalahsuata ilmu yang denganya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkanya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sfat yang terpuji.[9]
b.    Imam Al-Ghazali mengatakan: “tasawuf ialah budi pekerti: barang siapa yang memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf.[10]
c.    Muhammad Amin An-Nawawy mengemukakan pendapat Al-Junaid Al-Bagdaad yang mengatakan: “tasawuf adalah memelihara (menggunakan) waktu. (lalu) ia berkata: seorang hamba tidak akan menekuni (amalan tasawuf) tanpa aturan (tertentu),[11]
d.   As-Suhrawardy mengemukakan pendapat Ma’ruf Al-Karakhy yang mengatakan: “tasawuf adalah mencari hakikat dan meniggalkan sesuatu yang ada tangan makhluk (kesenangan duniawi)”[12]
Jadi kalau disimpulkan dapat di ringkas sebagai yang mempe berikut: “ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keebadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT.
B.  Ciri Umum Tasawuf
Secara umum tasawuf mempunyai ciri-ciri umum, diantaranya:
a.    Memiliki moral.
b.    Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT.
c.    Penggunaan simbol-simbol pengungkapam yang biasanya mengandung pengertian harifat dan tersirat.[13]
Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan tersebut mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan ada perasaan benar-benar berada di kehadirat Tuhan.[14]

BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Akllaq adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
a.    Akhlaq terpuji (Mahmudah)
Akhlaq terpuji selain disebut sebagai akhlaq mahmudah juga disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlaq mulia), atau makarim al-akhlaq
b.    Akhlaq tercela (Akhlaq Madzmumah)
Akhlaq madzmumah adalah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia,cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keebadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT.
Tasawuf bertujuan memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan tersebut mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan.
B.  Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami presentasikan,  semoga makalah ini dapat memberikan kita pengetahuan tentang Akhlaq Tasawuf, Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang diberikan akan saya terima dengan kelapangan hati guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

·         Musthafa, Ahmad.1997. Akhlaq Tasawuf, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
·         Amwar,Rosihon, M.Ag, 2010, Akhlaq Tasawuf, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
·          Amin,Moh, 1987. Pengantar Ilmu Akhlaq Surabaya: EXPRESS,
·         Solihin M., dan Anwar Rosyid M..2005, Akhlaq Tasawuf, Bandung: Ujungberung, Nuansa.




[1]Imam S. Ahmad, Tuntunan Akhlaqul Karimah (Jakarta: Lekdis, 2005). Hal.5.
[2]Prof. Dr.H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta, PT.Raja Garfindo Persada.2000) hal. 158

[3]Drs. Moh. Amin, Pengantar Ilmu Akhlak, (Surabaya "EXPRES". 1987) hal. 7-8
[4]Drs. H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung, CV. Pustaka Setia.1999) hal. 12-14
[5] Abi abdirrahman As-Sulami, Adab Ash-Suhbah, mesir: Dar Ash-shahabah at-Turats, Thanta, 1990, hlm. 37 dan As-Safaryani, Ghaida Al-Albab SyarhbManzhumah Al-Adab, Beirut: Dar Al-kutub Al-Ilmiyyah, 2002, jilid II, hlm. 455.
[6] Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-din, Beirut: Dar Al-Ma’rifah, t.t., jilid I, hlm. 21.
[7] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam,(Jakarta: Pustaka Panji Mas,1996), hlm 26.
[8] Muhammad Amin Al-Kurdy, Tanwirul Qulub fi-muammalah Alaamil Ghuyub, pen. Bungkul Indah, Surabaya tt, hal 202
[9] Ibid, hlm, 203
[10] Ibid, hlm, 204
[11] Ibid.
[12] Ibid, hlm 205.
[13] Ensiklopedi Islam, jilid 5, Jakarta: ichtiar Baru Van Hoeve, 2001, hlm 74
[14] Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Akhlaq Tasawuf, Bandung, CV Pustaka Setia, 2010, hlm, 148.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar