Jumat, 09 Mei 2014

MAKALAH PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA (DARI MITOS SAMPAI METODE ILMIAH)



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ilmu Alamiah Dasar/ Ilmu Budaya Dasar/ Ilmu Sosial Dasar merupakan dasar-dasar ilmu yang patut untuk dipelajari oleh mahasiswa sebagai modal untuk menumbuh kembangkan kepribadian berwawasan tentang ilmu alamiah, ilmu budaya dan ilmu sosial, ilmu-ilmu itu diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman dan penguasaan tentang keanekaragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat, serta memantapkan kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seni..
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa dan bagaimana rasa ingin tahu yang terjadi di dalam perkembangan pola pikir manusia?
2.         Bagaimana mitos, pro dan kontra yang terjadi di dalam masyarakat?
3.         Bagaimana sikap ilmiah, metode ilmiah, dan langkah-langkah oprasional metode ilmiah dalam proses perkembangan pola pikir manusia?
4.         Benarkah Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan?
C.      Tujuan
1.         Memahami kuriositas sebagai awal perkembangan pola pikir manusia
2.         Mengungkap kajian mitos, pro, dan kontra yang berkembang di dalam masyarakat
3.         Mengetahui cara berpikir ilmiah
4.         Membuktikan Al quran dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
D.      Manfaat
Mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia dari mitos sampai metode ilmiah
















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia
1.        Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang Terjadi di Dalam Perkembangan Pola Pikir Manusia?
Semua makhaluk hidup termasuk manusia mempunyai tanggapan terhadap rangsangan dari lingkungan, misalnya tumbuhan berklorofil memberikan reaksi terhadap sinar matahari. Cabang dan daunnya berusaha untuk memperoleh sinar matahari untuk mengadakan fotosintesis. Hewan tingkat tinggi juga memberikan reaksi dengan mengadakan penjelajahan kedaerah lain, ingin tahu daerah lain. Misalnya singa dan burung ingin tahu tempat lain untuk memperoleh makanan dan sebagainya. Rasa ingin tahu pada hewan itu di dorong oleh naluri, naluri itu bertitik pusat pada mempertahankan kelestarian hidup, dan sifatnya tetap sepanjang zaman.[1]
Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan, tetapi manusia mempunyai akal-budi, sehingga rasa ingin tahu tersebut tidak sepanjang zaman. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang, rasa ingin tahu pada manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah sudah dipecahkan, maka akan ada masalah lain yang menunggu pemecahannnya. Manusia bertanya terus setelah tahu apanya, maka ingin tahu mengapa dan bagaimana. Manusia telah mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru diperoleh, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia-manusia purba hidup dalam gua-gua, tetapi karna terjadi akumulasi pengtahuan, manusia-manusia modern sekarang hidup dalam gedung yang indah-indah karna rasa ingin tahu dan pengtahuan yang terus berkmbang yang dimiliki manusia untuk mempertahankan hidup dan memenuhi kepuasan hidupnya agar hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.[2]
2.        Bagaimana Mitos, Pro dan Kontra yang Terjadi Di Dalam Masyarakat?
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamannya, manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan alam fikirannya. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan yang diyakini manusia menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos.
Mitos timbul karena keterbatasan alat indera manusia diantarnya:
a.         Alat penglihatan
Suatu contoh jikalau seseorang melihat pelangi, dia menganggap bahwa pelangi adalah selendang bidadari, padahal, pelangi adalah hasil penghamburan dari warna ultrafiolet
b.         Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 20 sampai 20.000 per detik.
Suatu contoh guntur yang mengglegar, dianggap suara setan-setan yang dicambuk, padahal guntur adalah venomena hasil dari bertemunya muatan negatif dan positif yang ada diawan.
c.         Alat pencuim dan pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa manis, asam, asin, dan pahit. Melalui bau manusia dapat membedakan bau benda yang  satu dengan yang lain, keterbatasan alat penciuman dan pengecap manusia menyebabkan mitos timbul ditengah-tengah masyarakat.
d.        Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Hawa panas atau dingin yang yang dirasakan kulit manusia akan menstimulus otak sehingga menimbulkan angan-angan mitos atau bohong belaka, contohnya bulu yang berdiri karna hawa dingin, dikira ada setan yang mendekat.
Mitos dapat diterima pada masyarakat masa lalu karena:
a.         Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh penginderaan, baik langsung maupun dengan alat.
b.         Keterbatasan penalaran manusia pada waktu itu.
c.         Terpenuhinya rasa ingin tahu.
Puncak mitos seprti diatas terjadi pada zaman Babylona yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat orang pada masa itu bahwa alam semesta merupakan ruangan atau selungkup.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perhitungan juga berasal dari zaman itu.[3]
3.        Bagaimana Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Langkah-Langkah Oprasional Metode Ilmiah dalam Proses Perkembangan pola Pikir Manusia?
Untuk membuat kriteria yang tepat dalam pembentukan sikap ilmiah memang sukar, tapi berdasarkan beberapa literatur dirumuskan sebagai berikut:
a.         Memiliki kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
Seseorang yang memiliki sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut apa, bagaimana, mengapa peristiwa atau gejala itu. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dia akan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan gejala tersebut lewat buku-buku, seminar, baik nasoinal atau internasional, bertanya pada pakar atau dari berbagai informasi media elektronik maupun non elektronik. Kuriositas yang dia miliki membuat dorongan yang begitu besar dalam dirinya untuk mengadakan penelitian tentang gejala alam, hasilnya dia akan menemukan kepuasan batin dan jawaban atas pertanyaannya tersebut.[4]



b.         Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti
“Apabila dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang memliki sikap ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu, dia memerlukan bukti kebenarannya.”[5]
c.         Jujur
“Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Seorang ilmuan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainnya. Tetapi dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa para ilmuan, yakni yang kita sebut faktor kontrol, karna itu laporan ilmuan haruslah dibuat sejujur-jujurnya.”[6]
d.        Terbuka
“Seorang ahli endokrinologi (ilmu tentang hormon) untuk hewan amfibia John Cortelyou telah dipilih sebagai sekretaris suatu organisasi profesi yang baru. Organisasi ini khusus di dirikan bagi ilmuan katolik.”[7]
“Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou adalah membubarkan organisasi itu. Waktu di minta pertanggung jawaban ia berkata: “tidak ada katak katolik di dunia ini””[8]
Dari cerita diatas, dapat di simpulkan bahwa lembaga penelitian dan hasil penelitian ilmiah haruslah terbuka untuk setiap orang dan tidak boleh desembunyikan, publik harus mengetahui, tidak hanya sebatas satu golongan tertentu saja.
e.         Toleran
“Seorang ilmuan tidak merasa bahwa dia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lan lebih banyak pengetahuannya. Bahwa pendapatnya mungkin saja salah dan pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia mempunyai sikap tenggang rasa atau toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.”[9]
f.          Skeptis
Skeptis adalah sikap meragu-ragui, dalam arti seorang ilmuan harus slalu mempunyai sikap ragu-ragu pada suatu penemuan, meskipun penemuan itu adalah hasil penemuannya sendiri, sebab, dengan adanya sikap skeptis ilmuan tidak akan mudah puas dengan penemuannya dan akan slalu mencari kesimpulan suatu penemuan agar lebih valid lagi.
“Ilmuan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang akan melatar belakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tapi kritis untuk memperoleh data yang melatar belakangi suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa di dukung bukti-bukti yang kuat.”[10]


g.         Optimis
“Seorang ilmuan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan mengatakan sesuatu tidak bisa dikerjakan, tetapi dia akan mengatakan “ beri saya suatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Dia selalu optimis.”[11]
h.         Pemberani
“Ilmu pengetahuan merupakan hasil usaha keras dan sifatnya pribadi. Ilmuan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.”[12]
i.           Kreatif atau swadaya
Kekreatifan di perlukan oleh ilmuan untuk mengembangkan penemuannya agar keakuratan dan kebenarannya semakin dapat dipertanggung jawabkan.[13]
Diatas sudah dibahas tentang sikap ilmiah, sekarang mari kita bahas tentang metode ilmiah dan langkah-langkah oprasional metode ilmiah.
a.         Pengindraan
Pengindraan merupakan langkah pertama metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak dapat diindra, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah, walaupun pengindraan tidak selalu langsung, misalnya mengenai maknetisme dan inti atom tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
b.         Masalah Atau Problema
Setelah pengindaran dan perenungan dilakukan, langkah berikutnya adalah menemukan masalah. Dengan kata lis, ain adalah membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuan jalas berbeda. Karena ilmuan menunjukkan kuriositas yang tinggi. Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas hendaknya relevan dan dapat diuji dan pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.[14]
c.         Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan dalam I.A. dugaan sementara itu disebut Hipotesis, untuk membuktikan degaan itu benar atau tidak, memerlukan fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila data itu tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru.[15]
d.        Eksperimen
Eksperimen merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini I.A. dan non I.A. dapat dipisahkan secara sempurna, eksperimen dapat menunjukkan bukti, sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau alamiah, eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama, sehingga semua faktor dapat dikendalikan, dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.[16]
e.         Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah selanjutnya yaitu teori. Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen  yang dilakukan dilaboratorium, dimana eksperimen itu menunjukkan hal-hal yang dapat dipercaya atau valid, walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori[17]
4.        Benarkah Al-Quran dan Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan?
Semua persolan tentang ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan pemikiran valid yang dianjurkan Al-Qur’an, tidak ada pertentangan sama sekali dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak pula masalahnya, namun apa yang telah tetap dan mantap daripadanya tidak bertentangan sedikitpun bertentangan dengan salah satu ayat Al-Qur;an.[18]
Didalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Misalnya, perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang zati’ dan ada yang khalti. Yang pertama adalah tumbuhan yang yang bunganya telah mengandung organ jantan dan betina. Dan yang kedua ialah tumbuhan yang organ jantannya terpisah dengan organ yang betina, seperti pohon kurma, sehingga perkawinannya melalui perpinahan. Dan diantara saran perpindahannya angin. Penjelasan demikian terdapat dalam firman-Nya;
dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)....”(al-Hajr{15}:22)
Berkenaan dengan embriologi sebagiman firman Alllah:
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)nsesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan padamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi”
Dalam Hadits Rasulullah SAW. Bersabda:
Dari Maqdim Ma’di Kariba, dari Rasullullah SAW., beliau bersabda, ‘ingatlah ssungguhnya aku diberi Al; Kitab (Al-Qur’an) dan semisalnya bersamanya.






BAB III
PENUTUP
A.      SIMPULAN
1.         Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal budi, mempunyai kuriositas yang berkembang, karna kuriositas manusia tidak bisa di puaskan, maka akan timbul permasalah-permasalahan yang membutuhkan pemecahan, dan setelah satu masalah selesai, pasti akan tmbul masalah lain yang menunggu pemecahannya, proses tersebut akan berlangsung seumur hidup dan akan menimbulkan penumpukan pengalaman yang akan menunjang kualitas hidup manusia.
2.         Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan yang diyakini manusia menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos, dan mitos muncul karna keterbatasan indra manusia untuk memenuhi kuriositas alam disekiarnya.
3.         Seperti yang diterangkan diatas sikap ilmiah perlu dibina untuk kemajuan dan kebenaran pengetahuan ilmiah yang lebih modern.
4.         Kemukjizatan Al-Quran sangat serasi dengan kenyataan pengetahuan masa kini, dan tidak diragukan lagi bahwa Al-Quran merupan pijakan pengetahuan dimasa kini dan dimasa yang akan datang.
B.       SARAN
Demikian persembahan makalah kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, semoga  makalah ini bermanfaat bagi pemaca dalam memahami materi proses perkembangan pola pikir manusia.





















DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri,Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 2.
Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia, 2000), 26
Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an, (Pustaka litera,tt)




[1] Maskoeri jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), 2.
[2] Ibid. Hlm. 3.
[3] Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia, 2000), 26.
[4] Ibid. 45
[5] Ibid.
[6] Ibid., 46
[7] Ibid.
[8] Ibid. 47
[9] Ibid., 47                                                                                                                                            
[10] Ibid., 47
[11] Ibid., 48
[12] Ibid.
[13] Ibid., 49
[14] Ibid., 13
[15] Ibid., 14
[16] Ibid., 16
[17] Ibid., 17
[18] Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an, (Pustaka litera,tt)



di perbolehkan untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik hati.
jika kedua syarat itu terpenuhi, maka halal.