BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Alamiah Dasar/ Ilmu Budaya
Dasar/ Ilmu Sosial Dasar merupakan dasar-dasar ilmu yang patut untuk dipelajari
oleh mahasiswa sebagai modal untuk menumbuh kembangkan kepribadian berwawasan
tentang ilmu alamiah, ilmu budaya dan ilmu sosial, ilmu-ilmu itu diharapkan
mampu mengantarkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman dan
penguasaan tentang keanekaragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia
sebagai individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat, serta
memantapkan kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat,
pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan seni..
B. Rumusan Masalah
1.
Apa dan
bagaimana rasa ingin tahu yang terjadi di dalam perkembangan pola pikir
manusia?
2.
Bagaimana mitos, pro dan kontra
yang terjadi di dalam masyarakat?
3.
Bagaimana sikap
ilmiah, metode ilmiah, dan langkah-langkah oprasional metode ilmiah dalam
proses perkembangan pola pikir manusia?
4.
Benarkah
Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan?
C.
Tujuan
1.
Memahami
kuriositas sebagai awal perkembangan pola pikir manusia
2.
Mengungkap
kajian mitos, pro, dan kontra yang berkembang di dalam masyarakat
3.
Mengetahui cara
berpikir ilmiah
4.
Membuktikan Al
quran dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
D.
Manfaat
Mengetahui
proses perkembangan pola pikir manusia dari mitos sampai metode ilmiah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia
1.
Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang
Terjadi di Dalam Perkembangan Pola Pikir Manusia?
Semua
makhaluk hidup termasuk manusia mempunyai tanggapan terhadap rangsangan dari
lingkungan, misalnya tumbuhan berklorofil memberikan reaksi terhadap sinar
matahari. Cabang dan daunnya berusaha untuk memperoleh sinar matahari untuk
mengadakan fotosintesis. Hewan tingkat tinggi juga memberikan reaksi dengan
mengadakan penjelajahan kedaerah lain, ingin tahu daerah lain. Misalnya singa
dan burung ingin tahu tempat lain untuk memperoleh makanan dan sebagainya. Rasa
ingin tahu pada hewan itu di dorong oleh naluri, naluri itu bertitik pusat pada
mempertahankan kelestarian hidup, dan sifatnya tetap sepanjang zaman.[1]
Manusia
mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan, tetapi manusia mempunyai
akal-budi, sehingga rasa ingin tahu tersebut tidak sepanjang zaman. Manusia
mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang, rasa ingin tahu pada manusia tidak
pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah sudah dipecahkan, maka akan ada
masalah lain yang menunggu pemecahannnya. Manusia bertanya terus setelah tahu
apanya, maka ingin tahu mengapa dan bagaimana. Manusia telah mampu menggunakan
pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahuan
yang baru diperoleh, sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia-manusia
purba hidup dalam gua-gua, tetapi karna terjadi akumulasi pengtahuan,
manusia-manusia modern sekarang hidup dalam gedung yang indah-indah karna rasa
ingin tahu dan pengtahuan yang terus berkmbang yang dimiliki manusia untuk
mempertahankan hidup dan memenuhi kepuasan hidupnya agar hidupnya lebih mudah
dan menyenangkan.[2]
2.
Bagaimana Mitos, Pro dan Kontra yang Terjadi
Di Dalam Masyarakat?
Rasa
ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan
maupun pengalamannya, manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan alam
fikirannya. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan yang diyakini
manusia menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos.
Mitos timbul
karena keterbatasan alat indera manusia diantarnya:
a.
Alat penglihatan
Suatu contoh
jikalau seseorang melihat pelangi, dia menganggap bahwa pelangi adalah
selendang bidadari, padahal, pelangi adalah hasil penghamburan dari warna
ultrafiolet
b.
Alat pendengaran
Pendengaran manusia
terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 20 sampai 20.000 per detik.
Suatu contoh
guntur yang mengglegar, dianggap suara setan-setan yang dicambuk, padahal guntur
adalah venomena hasil dari bertemunya muatan negatif dan positif yang ada diawan.
c.
Alat pencuim dan pengecap
Manusia hanya
dapat membedakan 4 jenis rasa manis, asam, asin, dan pahit. Melalui bau manusia
dapat membedakan bau benda yang satu
dengan yang lain, keterbatasan alat penciuman dan pengecap manusia menyebabkan
mitos timbul ditengah-tengah masyarakat.
d.
Alat perasa
Alat perasa pada
kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Hawa panas atau dingin yang
yang dirasakan kulit manusia akan menstimulus otak sehingga menimbulkan
angan-angan mitos atau bohong belaka, contohnya bulu yang berdiri karna hawa
dingin, dikira ada setan yang mendekat.
Mitos dapat
diterima pada masyarakat masa lalu karena:
a.
Keterbatasan pengetahuan yang
disebabkan oleh penginderaan, baik langsung maupun dengan alat.
b.
Keterbatasan penalaran manusia pada waktu
itu.
c.
Terpenuhinya rasa ingin tahu.
Puncak mitos
seprti diatas terjadi pada zaman Babylona yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat
orang pada masa itu bahwa alam semesta merupakan ruangan atau selungkup.
Horoskop atau
ramalan nasib manusia berdasarkan perhitungan juga berasal dari zaman itu.[3]
3.
Bagaimana Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan
Langkah-Langkah Oprasional Metode Ilmiah dalam Proses Perkembangan pola Pikir
Manusia?
Untuk
membuat kriteria yang tepat dalam pembentukan sikap ilmiah memang sukar, tapi
berdasarkan beberapa literatur dirumuskan sebagai berikut:
a.
Memiliki kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar
yang besar
Seseorang
yang memiliki sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala alam akan
terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut apa, bagaimana, mengapa peristiwa atau
gejala itu. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dia akan mencari
informasi-informasi yang berkaitan dengan gejala tersebut lewat buku-buku,
seminar, baik nasoinal atau internasional, bertanya pada pakar atau dari
berbagai informasi media elektronik maupun non elektronik. Kuriositas yang dia
miliki membuat dorongan yang begitu besar dalam dirinya untuk mengadakan
penelitian tentang gejala alam, hasilnya dia akan menemukan kepuasan batin dan
jawaban atas pertanyaannya tersebut.[4]
b.
Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti
“Apabila
dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang memliki sikap
ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu, dia memerlukan
bukti kebenarannya.”[5]
c.
Jujur
“Seorang
ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Seorang ilmuan
dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia
lainnya. Tetapi dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa para ilmuan,
yakni yang kita sebut faktor kontrol, karna itu laporan ilmuan haruslah dibuat
sejujur-jujurnya.”[6]
d.
Terbuka
“Seorang
ahli endokrinologi (ilmu tentang hormon) untuk hewan amfibia John Cortelyou telah dipilih sebagai
sekretaris suatu organisasi profesi yang baru. Organisasi ini khusus di dirikan
bagi ilmuan katolik.”[7]
“Tindakan
pertama yang dilakukan John Cortelyou adalah membubarkan organisasi itu. Waktu
di minta pertanggung jawaban ia berkata: “tidak ada katak katolik di dunia
ini””[8]
Dari
cerita diatas, dapat di simpulkan bahwa lembaga penelitian dan hasil penelitian
ilmiah haruslah terbuka untuk setiap orang dan tidak boleh desembunyikan,
publik harus mengetahui, tidak hanya sebatas satu golongan tertentu saja.
e.
Toleran
“Seorang
ilmuan tidak merasa bahwa dia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa
orang lan lebih banyak pengetahuannya. Bahwa pendapatnya mungkin saja salah dan
pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain
setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari
orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain. Ia tidak akan
memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia mempunyai sikap tenggang rasa
atau toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.”[9]
f.
Skeptis
Skeptis
adalah sikap meragu-ragui, dalam arti seorang ilmuan harus slalu mempunyai
sikap ragu-ragu pada suatu penemuan, meskipun penemuan itu adalah hasil
penemuannya sendiri, sebab, dengan adanya sikap skeptis ilmuan tidak akan mudah
puas dengan penemuannya dan akan slalu mencari kesimpulan suatu penemuan agar
lebih valid lagi.
“Ilmuan
pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan
menyelidiki bukti-bukti yang akan melatar belakangi suatu kesimpulan. Ia tidak
akan sinis tapi kritis untuk memperoleh data yang melatar belakangi suatu
kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa di dukung
bukti-bukti yang kuat.”[10]
g.
Optimis
“Seorang
ilmuan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan mengatakan sesuatu tidak bisa
dikerjakan, tetapi dia akan mengatakan “ beri saya suatu kesempatan untuk
memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Dia selalu optimis.”[11]
h.
Pemberani
“Ilmu
pengetahuan merupakan hasil usaha keras dan sifatnya pribadi. Ilmuan sebagai
pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran, penipuan,
kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.”[12]
i.
Kreatif atau swadaya
Kekreatifan
di perlukan oleh ilmuan untuk mengembangkan penemuannya agar keakuratan dan
kebenarannya semakin dapat dipertanggung jawabkan.[13]
Diatas sudah dibahas tentang sikap ilmiah,
sekarang mari kita bahas tentang metode ilmiah dan langkah-langkah oprasional
metode ilmiah.
a.
Pengindraan
Pengindraan
merupakan langkah pertama metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak dapat
diindra, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah, walaupun pengindraan tidak
selalu langsung, misalnya mengenai maknetisme dan inti atom tidak dapat kita
indra secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat.
Seperti halnya pikiran tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efeknya
dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
b.
Masalah Atau Problema
Setelah
pengindaran dan perenungan dilakukan, langkah berikutnya adalah menemukan
masalah. Dengan kata lis, ain adalah membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan
melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi? Dan
seterusnya. Penginderaan yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuan jalas
berbeda. Karena ilmuan menunjukkan kuriositas yang tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas hendaknya relevan dan dapat diuji dan
pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.[14]
c.
Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu
bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan dalam I.A. dugaan sementara itu
disebut Hipotesis, untuk membuktikan degaan itu benar atau tidak, memerlukan
fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen.
Bila data itu tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru.[15]
d.
Eksperimen
Eksperimen
merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini I.A. dan non I.A. dapat
dipisahkan secara sempurna, eksperimen dapat menunjukkan bukti, sehingga
jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau alamiah,
eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama, sehingga semua faktor
dapat dikendalikan, dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.[16]
e.
Teori
Bukti
eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah selanjutnya yaitu teori. Apabila
suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti
itu diperoleh dari berbagai eksperimen
yang dilakukan dilaboratorium, dimana eksperimen itu menunjukkan hal-hal
yang dapat dipercaya atau valid, walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka
disusun suatu teori[17]
4.
Benarkah Al-Quran dan Hadits Sebagai Sumber
Ilmu Pengetahuan?
Semua persolan tentang ilmu pengetahuan yang
telah mantap dan meyakinkan, merupakan pemikiran valid yang dianjurkan
Al-Qur’an, tidak ada pertentangan sama sekali dengannya. Ilmu pengetahuan telah
maju dan telah banyak pula masalahnya, namun apa yang telah tetap dan mantap
daripadanya tidak bertentangan sedikitpun bertentangan dengan salah satu ayat
Al-Qur;an.[18]
Didalam Al-Qur’an
terdapat ilmu pengetahuan ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah.
Misalnya, perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang zati’ dan ada yang khalti.
Yang pertama adalah tumbuhan yang yang bunganya telah mengandung organ jantan
dan betina. Dan yang kedua ialah tumbuhan yang organ jantannya terpisah dengan
organ yang betina, seperti pohon kurma, sehingga perkawinannya melalui perpinahan.
Dan diantara saran perpindahannya angin. Penjelasan demikian terdapat dalam
firman-Nya;
“dan kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)....”(al-Hajr{15}:22)
Berkenaan dengan
embriologi sebagiman firman Alllah:
“Wahai manusia,
jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah)nsesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan padamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi”
Dalam Hadits
Rasulullah SAW. Bersabda:
Dari Maqdim Ma’di
Kariba, dari Rasullullah SAW., beliau bersabda, ‘ingatlah ssungguhnya aku
diberi Al; Kitab (Al-Qur’an) dan semisalnya bersamanya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1.
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai
akal budi, mempunyai kuriositas yang berkembang, karna kuriositas manusia tidak
bisa di puaskan, maka akan timbul permasalah-permasalahan yang membutuhkan
pemecahan, dan setelah satu masalah selesai, pasti akan tmbul masalah lain yang
menunggu pemecahannya, proses tersebut akan berlangsung seumur hidup dan akan
menimbulkan penumpukan pengalaman yang akan menunjang kualitas hidup manusia.
2.
Pengetahuan baru
yang bermunculan dan kepercayaan yang diyakini manusia menurut pemikirannya
itulah yang disebut mitos, dan mitos muncul karna keterbatasan indra manusia
untuk memenuhi kuriositas alam disekiarnya.
3.
Seperti yang
diterangkan diatas sikap ilmiah perlu dibina untuk kemajuan dan kebenaran
pengetahuan ilmiah yang lebih modern.
4.
Kemukjizatan
Al-Quran sangat serasi dengan kenyataan pengetahuan masa kini, dan tidak
diragukan lagi bahwa Al-Quran merupan pijakan pengetahuan dimasa kini dan
dimasa yang akan datang.
B. SARAN
Demikian persembahan makalah kami, kami
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, semoga makalah ini bermanfaat bagi pemaca dalam
memahami materi proses perkembangan pola pikir manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin,
Maskoeri,Ilmu Alamiah Dasar,
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 2.
Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia, 2000), 26
Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an,
(Pustaka litera,tt)
[1]
Maskoeri jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2002), 2.
[2]
Ibid. Hlm. 3.
[3]
Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD,
(bandung: Pustaka setia, 2000), 26.
[4]
Ibid. 45
[5]
Ibid.
[6]
Ibid., 46
[7]
Ibid.
[8]
Ibid. 47
[9]
Ibid., 47
[10]
Ibid., 47
[11]
Ibid., 48
[12]
Ibid.
[13]
Ibid., 49
[14]
Ibid., 13
[15]
Ibid., 14
[16]
Ibid., 16
[17]
Ibid., 17
[18]
Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an, (Pustaka litera,tt)
di perbolehkan
untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat
harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver
pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik
hati.
jika kedua
syarat itu terpenuhi, maka halal.