BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menjadi
pedoman hidup dalam mengemban tugas sebagai khalifah fil ardl. didalamnya
diterangkan tata cara secara gelobal mengenai permasalahan-permasalahan dunia
dan akhirat, tata cara tersebut diungkapkan Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya
yang muhkam dan mutasyabihat.
Ayat muhkam merupakan Ayatullah yang artinya sudah cukup jelas
untuk dipahami oleh manusia, tidak membutuhkan penalaran khusus untuk menguak
misteri-misteri yang ada didalamnya, sedangkan Ayatullah yang mutasyabihat,
merupakan firman Allah SWT yang membutuhkan penalaran khusus untuk menguak
misteri yang tersirat didalamnya.
Tentang ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat, untuk lebih jelasnya
akan penulis uraikan dalam makalah ini, semoga bermanfaat.
B.
Rumusan
Masalah
A.
Apa
pengertian muhkamat dan mutasyabihat?
B.
Apa
sebab-sebab adanya ayat muhkam dan mutasyabih
C.
Apa
ciri-ciri muhkamat dan mutasyabihat?
D.
Apa
saja macam-macamnya ayat mutasyabihat?
E.
Bagaimana
pendapat ulama’ mengenai ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat?
F.
Apa
hikmah ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat?
C.
Tujuan
A.
Mengerti
dan mampu menjelaskan ayat muhkamat dan mutasyabihat
B.
Mengetahui
sesab-sebab adanya ayat mutasyabihat
C.
Dapat
menunjukkan ciri-ciri ayat muhkamat dan mutasyabihat
D.
Mengetahui
dan dapat menjelaskan macam-macamnya ayat mutasyabihat
E.
Mengerti
dan mampu mengenalisis pendapat ulama’ tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat
F.
Dapat
menunjukkan manfaat ayat muhkamat dan mutasyabiha
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Muhkamat Dan Mutasyabihat
Lafal muhkam dan mutasyabih adalah bentuk mudzakar untuk mensifati
kalimat-kalimat yang mudzakar pula, sedangkan lafal muhkamat dan mutasyabihat
adalah bentuk mu’annas untuk mensifati kalimat-kalimat yang muannas pula.[1]
Lafal muhkamat menurut bahasa mempunyai arti beberapa yang
dihukumi, baik/bagus, jelas, dan tegas sedangkan lafal mutasyabih menurut
bahasa mempunyai arti persamaan/kesamaran yang mengarah pada keserupaan.
Contoh dalam Alquran(اللبقره : 25) وَاُتُوْبِهِ مُتَشَابِهاً
Artinya: mereka diberi (buah-buahan) yang
serupa/sama,
Menurut istilah, ulama’ berbeda pendapat dalam memberi pengertian
muhkamat dan mutasyabihat, yakni sebagai berikut:
a)
Ulama’
golongan Ahlus Sunah Wal jama’ah mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang diketahui
makna maksudnya, baik karna memang sudah jelas artinya maupun karena dengan
ditakwilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan
artinya hanya dimonopoli Allah SWT.
Manusia tidak ada yang bisa mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat ,
keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf muqathta;ah.[2]
b)
Imam
Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan , lafal muhkam adalah lafal
yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan
keterangan lain.sedangan lafal mutasyabih adalah lafal yang tidak bisa bediri
sendiri, lafal yang membutuhkan penjelasan arti maksutnya, karena adanya
bermacam-macam ta’wilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal-lafal
yang bermakna ganda (lafal musytarak) lafal yang asing (gharib), lafal yang
berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.[3]
c)
Imam
Ath-Thibi mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas maknanya, sehingga
tidak mengakibatkan kemusykilan/kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam itu diambil
dari lafal ihkam (ma’khuudzul ihkaami) yang berarti baik/bagus.contohnya
seperti lafal yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya, sedangkan lafal
yang mutasyabih adalah lafal yang sulit dipahami, sehingga mengakibatkan
kemusykilan/kesukaran. Contohnya seperti lafal musytarak, mutlak, dan
sebagainya.[4]
d)
Ikrimah
dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi maknanya dapat
diamalkan, karena sudah jelas dan tegas. Seperti umumnya lafal Alquran.
Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang isi maknanya tidak perlu
diamalkan, melainkan cukup diimani/diyakini eksistensinya saja, seperti
kalimat: اِنَّ اللَّهَ
عَلَى اْلعَرْشِ اسْتَوَى tidak perlu diamalkan. Soal bagaimana cara beristiwa Allah SWT di
Arsy itu, cukup diyakini saja bahwa Allah itu beristiwa disana[5]
Jadi, bisa dikatakan jika pengertian muhkam adalah lafal Alquran
yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat, bisa berdiri sendiri tanpa
dita’wilkan dan dapat diamalkan, sedangkan pengertian mutasyabih adalah lafal
Alquran yang artinya samar dan tidak dapat berdiri sendiri karna susunan
tartibnya kurang tepat sehinga menimbulkan kesulitan dalam pemahamannya, dan
dapat ditakwilkan macam-macam dan cukup diyakini keberadaannya saja, dan tidak
perlu diamalkan, karna merupakan ilmu yang dimonopoli Allah SWT.
B.
Sebab-Sebab
Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabih
sebab
adanya ayat muhkam dan mutasyabih dapat dikatakan bahwa Allah SWT sendirilah
yang menghendaki adanya ayat tersebut sebagai mana yang ditegaskan dalam surat
ali imron ayat 7, disamping itu, Al Quran merupakan kitab yang muhkam
berdasarkan surat Huud ayat 1, juga karna kebanyakan tertib dan susunan
ayat-ayat Al Quran itu rapi dan urut, sehingga dapat dipahami dengan mudah.
Pada
garis besarnya, sebab adanya ayat mutasyabihat dalam Al Quran adalah karena
adanya kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami
umat, secara rinci adanya ayat-ayat mutasyabihat dapat dirumuskan dalam 3 hal
1.
Kesamaran dari aspek lafadz yang meliputi:
a.
Kesamaran dari lafaz Mufradhnya, karena terdiri dari lafadh Ghorib
(asing) contoh: lafaz أبا di dalam QS.Abbasa ayat 31 yang berbunyi: وفا كهة وابا (dari
buah buahan serta rerumputan) disini kata أبا adalah
kata yang jarang digunakan dalam kosa kata bahasa arab sehingga kalau tidak ada
penjelasan dari lafal berikutnya, arti kata أبا akan sulit dipahami. Kedua
terdiri dari lafaz yang
musytarak (bermakna ganda) contoh: pada lafaz اليمين yang memiliki beberapa arti (tangan kanan, sumpah,
kekuasaan).
b.
Kesamaran dari lafaz murrakab disebabkan karena lafaz yang sudah tersusun
terlalu ringkas, terlalu luas, juga
susunan lafaznya tidak berurutan.
2.
Kesamaran pada makna, ini terjadi bukan karena lafaz yang asing atau
bermakna ganda tetapi karena keterbatasan akal manusia untuk menjangkau ayat
ayat tersebut contoh dalam Al Qur’an tentang sifat sifat surga.
3.
Kesamaran pada lafadh dan makna, seperti contoh surat Al Baqarah:189
وليس البر بان تأتواالبيوت من ظهورها ولكن البر من اتقي
Artinya: “dan bukanlah kebajikan memasuki rumah rumah dari belakangnya
akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwah”(Al Baqarah:184)
Disini orang yang tidak memahami tradisi arab jahiliah akan kesulitan
untuk memahaminya karena ada keserupaan pada lafaz dan maknanya andai ayat
tersebut terdapat kalimat: ان كنتم محرمين بحج و عمرة(jika kalian sedang melakukan
ihram haji dan umrah) maka ayat tersebut akan mudah dipahami.
C.
Ciri-Ciri
Muhkamat dan Mutasyabihat
Untuk mengetahui makna apakah ayat itu termasuk ayat muhkamat atau mutasyabihat,
lebih mudah jika mengetahui ciri-cirinya, brikut ciri-ciri muhkamat dan
mutasyabihat.
1.
Ciri-ciri
muhkamat
a.
Ayat-ayatnya
sudah jelas, sehingga tidak memerlukan penjelasan penalaran yang lebih mendalam
lagi karna sudah dapat dipahami artinya.
b.
Ayat-ayatnya
hanya mempunyai satu penafsiran makna saja.[6]
2.
Ciri-ciri
mutasyabihat
a.
Ayat-ayatnya
samar dalam pengertian masih membutuhkan penjelasan dari ayat lain atau
memerlukan penalaran untuk mengetahui maksudnya.
b.
Ayat-ayatnya
memiliki banyak makna[7]
D.
Macam-Macam
Ayat Mutasyabihat
Didalam Al Quran terdapat ayat mutasyabihat yang bertingkat-tingkat
dalam kesulitan dalam pemahamannya, macam-macam kesulitan ini dibagi enjadi
tiga:
1.
Ayat-ayat
mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali
Allah SWT. Contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu
datangnya hari kiamat, mafaatihussuwar (ayat pembuka ex; alif laam miim)
2.
Ayat
mutasyabihat yang dapat diketahui oleh cseluruh orang dengan jalan pembahasan dan
pengkajian yang mendalam. Contohnya seperti merinci yang mujmal, menentukan
yang musytarak, mengqayyidkan yang mutlak, dan menertibkan yang kurang tertib.
3.
Ayat-ayat
mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu pengetahuan dan
sains, bukan oleh semua orang, hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya
dikethi oleh Allah SWt dan orang-orang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
Seperti keterangan ayat 7 surat Ali Imron.[8]
E.
Pendapat
Ulama’ Mengenai Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Ulama’
berlainan pendapat mengenai kemuhkaman dan memustabihan Alquran, sebab, dalam
Alquran ada ayat yang menerangkan bahwa semua ayat-ayat dalam Alquran itu
muhkam seperti surat Hud, ayat 1
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آياتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيْمٍ
خَبِيْرٍ (Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi
(Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu). Dan ada pula ayat yang menjelaskan
jika semua ayat dalam Alquran itu mi
tasyabihat. Seperti surat Az-zumar ayat 23 اَلله نَزَّلَ أَحْسَنَ اْلحَدِيْثِ كِتَابًا
مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللِه ذَلِكَ هُدَى اللهِ
يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
(Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorang pun pemberi petunjuk baginya.) dan ada pula
yang menjelaskan bahwa ada sebagian Alquran yang muhkam dan ada yang
mutasyabihat, seperti ayat surat ali imron ayat 7. هُوَ اَّلَذِي~أَنْزَلَ
عَلَيْكَ اْلِكتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ
( Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat )[9]
Ada 3 pendapat
ulama’ mengenai masalah tersebut, diantaranya adalah:
a)
Pendapat
pertama berpendirian bahwa semua Alquran itu muhkam, kaena berdasarkan surat Huud
ayat 1.
b)
Pendapat
kedua berpendapat bahwa semua ayat Alquran itu mutasyabihat karna berdasarkan
surat Az zumar ayat 23.
c)
Pendapat
ketiga mengatakan bahwa Alquran itu ada yang muhkam dan ada yang mutasyabih,
karna berdasarkan surat Ali imron ayat 7.[10]
Jika
dilhat sekilas seolah-olah pendapat yang ketigalah yang benar, tetapi jika
diamati, semua pendapat itu adalah benar karna ada dalilnya di Alquran, yang
membedakan hanyalah orientasi sudut pandang masing-masing.[11]
Pendapat
pertama orientasinya dititik beratkan pada masalah kebaikan, kerapian susunan
tertib ayat-ayatnya, dan kekuatan atau kemutlakan kebenarannya yang absolut,
yang sempurna lafal dan maknanya, sehingga Alquran bagaikan bangunan yang kokoh
yang tak tergoyahkan. Hal itu karna cara sudut pandang mereka difokuskan pada
ayat أُحْكِمَتْ آياتُهُ yang diorientasikan pada segi kebaikan, kerapian dan kebenaran
lafal dan makna ayat tersebut.[12]
Pendapat
yang kedua ini memfokuskan titik pandangan pada relevansi, homogenitas, dan
keserasian susunan Alquran, baik dalam soal aturan-aturan hukumnya, keindahan
susunan lafalnya, maupun keterkaitan inti isi maknanya. Hal itulah yang
menyebabkan rangkaian kata atau kalimat dalam Alquran seperti sebuah kesatuan
yang bulat, utuh, lagi menakjubkan, sentral pandangan pendapat yang kedua ini
difokuskan pada ayat كِتَابًا مُتَشَاِبهًا مَثَاِنيَ ( suatu kitab yang serupa/sama
mutu ayat-ayatnya lagi berulang ulang)[13]
Pendapat ketiga memang secara tegas
melendingkan orientasinya pada segi realitas dan eksistensi Alquran ini, baik
dalam segi aturan-aturan hukumnya maupun dalam segi tata bahasanya yang
betul-betul jelas, tegas dan lugas, disamping ada pula yang samar, lentur dan
elastis serta fleksibel.[14]
Tetapi sebagian ulama’ ada yang
mengatakan jika ayat 7 surah ali imron ini menunjukkan bahwa Al Quran tidak
terbatas hanya pada muhkam dan mutasyabih saja, pendapat ini berdasarkan surat
An Nahl ayat 44 yang berarti memang Allah menghendaki adanya
Penjelasan-penjelasan dari nabi Muhammad saw. Padahal mestinya, ayat- ayat yang
muhkam itu tidak perlu penjelasan sedangkan ayat-ayat yang mutasyabihat, tidak
ada harapan kejelasannya/penjelasannya.[15]
Maka sebenarnya, dari ketiga
pedapat ulama’ tersebut tidak ada yang bertentangan, bahkan yang nampak adalah
kesesuaian dan keserasian yang ada dalam Alquran sebagai suatu kesatuan yang
utuh dan penuh dengan kemukjizatan.[16]
Apakah ayat-ayat Al Quran yang
mutasyabihat itu harus ditafsiri sehingga diketahui arti maknanya dengan maksut
untuk diamalkan, ataukan tidak perlu ditafsiri dan hanya cukup diyakini dan
diimani eksistensinya saja, soal arti nya diserahkan kepada Allah SWT saja!. Dalam
hal ini ulama’ berbeda pendapat, ada tiga pendapat ulama’ mengenai hal ini.[17]
a)
Pendapat jumhur ulama’ Ahlus Sunah
dan sebagian ahli ra’yi berpendapat bahwa arti ayat mutasyabihat tidak perlu
ditafsiri, melainkan cukup diimani saja eksistensinya, soal arti diserahkan
pada Allah sendiri. hal ini dengan maksud untuk Memaha Sucikan Allah SWT, dasar
mereka berpendapat adalah hadits yang diriwayatkan abu qosim dari umi salamah
ketika menafsiri ayat 5 surat At Thaha: الرَّحْمَنُ عَلَى
الْعَرْشِ اْستَوَى ((Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang
bersemayam di atas `Arsy.), maka beliau berkata yang
artinya: cara (bersemayam Allah) itu tidak dapat dinalar, tetapi bersemayamnya
Allah itu tidak samar lagi, dan mengakuinya termasuk yang harus diimani, sebab
mengingkarinya adalah kufur.[18]
b)
Pendapat segolongan ulama’ Ahlus
Sunah dan kebanyakan ahli ra’yi berpendapat, ayat-ayat mutasaybihat yang
relevan dengan keagungan Allah SWT perlu ditakwilkan, sebab, menurut mereka
didalam kitab suci Alquran tidak boleh ada kalimat yang tidak dapat diketahui
umat manusia, Al Quran diturunkan untuk menjadi pegangan hidup manusia, oleh
sebab itu semua kalimat-kalimat yang ada dalam Al Quran harus dapat didiketahui
artinya oleh manusia, minimal oleh orang-orang rosikh (mendalam ilmunya).
Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Al Lalikay yang berbunyi اِنَّ
اِسْتَوَى بِمَعْنَى اِسْتَوْلَى (bahwa istiwa bermakna menguasai). Dan
riwayat Abu Ubaid, dia berkata: اِنَّ
اِسْتَوَى بِمَعْنَى صَعِدَ (bahwa istiwa itu berarti naik).[19]
c)
Pendapat segolongan ulama’ lain,
diantaranya seperti Ibnu Daqiqil ‘id menengahi antara kedua pendapat tersebut,
yaitu jika menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat itu relevan dengan bahasa arab
maka harus diterima dan tidak boleh di ingkari, dan jika menakwilkan ayat-ayat
mutasyabihat itu jauh dari bahasa arab, maka harus ditangguhkan takwilan
tersebut dan tidak perlu diamalkan dan hanya cukup diimani saja ayat tersebut,
contoh: أَنْ تَقُوْلَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلىَ مَا فَرَّطْتُ
فِيْ جَنْبِ اللهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِيْنَ ((الزمر:
56 artinya: supaya jangan
ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam
(menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk
orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).[20]
Kata fi jambillaahi oleh para mufassir
ditakwilkan tidak menunaikan kewajiban-kewajiban kepada Allah, sehingga dapat
diterima dan diamalkan karna penafsiran ini dekat dengan percakapan bahasa
arab.[21]
Menurut penulis, dari ketiga pendapat diatas,
penulis lebih condong dengan pendapat yang ketiga. Karna lebih bisa diterima
oleh akal.
Merujuk pada surat Ali Imron ayat 7 yang berbunyi هُوَ الَّذِيْ~ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ
آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا
اَّلذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ
اْبتِغَآء اْلفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلِهُ
إِلَّا اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِيْ اْلعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ
مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ, ulama’ berbeda
pendapat apakah ayat mutasyabihat dapat dita’wili manusia atau tidak. Mereka
berbeda pandangan dalam pemberhentian waqof, sehingga menimbulkan cara
pemahaman yang berbeda, berikut perbedaan pendapat ulama’ dalam menyingkapi
ayat tersebut, ada tiga pendapat ulama’.
1.
Ulama’
dahulu berpendapat bahwa waqof bertempat pada lafal وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلِهُ إِلَّا الله, dan menjadikan lafal وَالرَّاسِخُوْنَ sebagai
permulaan kalimat, sehingga menimbulkan pemahaman arti bahwa hanya Allah SWT
sajalah yang mengetahui makna ayat mutasyabihat, mereka (ulama’ dahulu) tidak
berani menakwili ayat mutasyabihat, karna dalam Al Quran disebutkan bahwa orang-orang
yang condong pada kesesatan, mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat
untuk menimbulkan fitnah. Saat mereka ditanyai mengenai makna ayat
mutasyabihat, mereka hanya bilang آمَنَّا بِهِ.
2.
Ulama’
modern berpendapat bahwa waqof bertempat pada lafal وَالرَّاسِخُوْنَ فِيْ اْلعِلْمِ dengan
menjadikan wawu sebagai ‘athaf, dan permulaan kalimat dimulai pada lafal يَقُوْلُوْنَ, sehingga menimbulkan arti “padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya, mereka berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyabihat”. Pendapat ini diikuti oleh An nawawi dalam syarah
nuslimnya, dia mengatakan pendapat inilah yang paling shohih dengan alasan
Allah SWT tidak mungkin menurunkan wahyu yang tidak dapat diketahui maknanya
oleh hamba-Nya.
F.
Hkmah
Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Pembaca, akan penulis jelaskan hikmah-hik mah ayat-ayat muhkamat
terlebih dahulu biar lebih bisa dipahami dan dimengerti, dan nanti setelah
hikmah ayat muhkamat selesai kita bahas, kita akan membahas ayat-ayat
mutasyabihat.
a.
Hikmah
Ayat Muhkamat
Ayat-ayat muhkamat dalam Al Quran mempunyai berbagai faedah,
diantaranya sebagai berikut:
a)
menjadi
rahmat bagi manusia khususnya orang-orang yang berkemampuan bahasa arab rendah
karena dengan adanya ayat muhkamat ini, mereka tidak perlu susah-susah
mempelajari maksut arti ayat itu, karna arti maksut ayat itu sudah cukup jelas
dan gamblang[22]
b)
memudahkan
manusia mengetahui arti dan maksutnya, memudahkan menghayati maknanya agar
mudah mengamalkannya.[23]
c)
Mendorong
umat manusia untuk giat dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan ayat Al Quran karna lafal ayat-ayatnya sudah jelas untuk dipahami
d)
Menghilangkan
kesulitan dalam memahami dan mempelajari Al Quran karna lafalnya sudah jelas
dan tidak membutuhkan penafsiran lagi untuk memahaminya
e)
Memperlancar
usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat Al Quran karna para
mufassir tidak perlu susah-susah mencari takwilan ayatnya.
f)
Membantu
para juru dakwah dalam menerangkan isi kandungan ayat Al Quran kepada
masyarakat karna ayat tersebut mudah dipahami oleh masyarakat karna sudah jelas
arti maknanya.
g)
Mempercepat
usaha tahfidhul quran dalam menghapal ayat- ayat Al Quran, sebab ayat-ayat yang
muhkam lebih mudah dihapal karna lebih mudah diketahui artinya.[24]
b.
Hikmah
Ayat Mutasyabihat
Ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran membawa faedah yang banyak
juga, diantaranya adalah sebagai berikut:
a)
Merupakan
rahmat bagi manusia, seperti sifat dan Dzat Allah SWT itu disamarkan oleh allah
SWT pada manusia melalui ayat-ayat mutasyabihat, sebab, jika sifat dan Dzat
Allah SWT itu tidak disamarkan, akan menjadi siksaan bagi manusia, terutama
orang-orang yang tidak tahan mendzahirkan-Nya, begitu juga Allah SWT
merahasiakan kedatangan hari kiamat agar manusia tidak malas-malasan dan
berusaha untuk mendekat pada Allah.
b)
Ujian
dan cobaan bagi kekuatan iman manusia. apakah dengan disamarkan ayat-ayat
mutasyabihat tersebut, manusia akan tetap iman kepada Allah SWT ataukah akan
mengingkari-Nya. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 7: فَأَمَّا الَّذِيْنَ
فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغُ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ اْبتِغَا~ءَ
اْلفِتْنَةِ وَابِتِغَا~ءَ تَأْوِيْلِهِ (أل عمران:7)
Artinya: Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya. Mereka yang tidak tahan uji
terhadap cobaan , maka mereka akan ingkar terhadap ayat-ayat mutasyabihat
dengan mencari-cari takwilnya dengan seenaknya.
c)
Membuktikan
kelemahan dan kebodohan manusia. sebesar apapun usaha manusia dan persiapan manusia,
masih ada kelemahannya. itu menunjukkan betapa besar kekuatan dan kekuasaan
ilmu Allah SWT yang Maha mengetahui segala hal. Meski terhadap hal-hal yang
samar, rahasia, tersembunyi seperti ayat mutasyabihat. Bahkan, manusia dan
malaikatpun tidak dapat mengetahiunya.
d)
Mendorong
umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti, karna Al Quran
adalah pedoman hidup, jadi, manusia akan berusaha mempelajari Al Quran untuk
mengungkap isi Al Quran, dan manusia akan menjadi rajin, tidak malas-malasan,
dikarenakan ayat mutasyabihat itu perlu penalaran untuk memahaminya.
e)
Memperlihatkan
kemukjizatan Al Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia
menyadari sepenuhnya bahwa kitab ini bukan buatan manusia, melainkan
benar-benar ciptaan Allah SWT, adanya kemutsyabihatan dalam Al Quran
menunjukkan bahwa kitab ini benar-benar dapat melemahkan orang, hingga tak ada
satupun makhluk dalam semesta ini yang mampu membuat tandingan Al Quran.
Jangankan membuat tandingannya, menalar arti makna ayat-ayatnya saja sudah
kualahan, terutama ayat mutasyabihat.
f)
Menambah
pahala usaha umat manusia, dengan adanya kesulitan dalam memahami ayat-ayat
mutasyabihat, tntu jerih payah dalam memahami ayat tersebut semakin besar, maka
pasti pahalanyapun akan ditambah.[25]
g)
Mendorong
kegiatan mempelajari ilmu pengetahuan yang bermacam-macam, karna, dengan adanya
ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Quran, mendorong orang yang mempelajarinya
harus terlebih dahulu mempelajari disiplin ilmu
yang berkaitan dengan berbagai isi ajaran Al Quran. Seperti kimia,
fisika, matematika, kedokteran, astronomi, dll.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Muhkam adalah lafal Alquran yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan
kuat, bisa berdiri sendiri tanpa dita’wilkan dan dapat diamalkan. Mutasyabihat
adalah lafal Alquran yang artinya samar dan tidak dapat berdiri sendiri
karna susunan tartibnya kurang tepat sehinga menimbulkan kesulitan dalam
pemahamannya, dan dapat ditakwilkan macam-macam dan cukup diyakini
keberadaannya saja, dan tidak perlu diamalkan, karna merupakan ilmu yang
dimonopoli Allah SWT.
2.
Ciri-ciri muhkam adalah lafalnya sudah dapat dipahami akal dan hanya
berwajah satu sedangkan ciri-ciri mutasyabihat adalah lafalnya masih
membutuhkan penalaran karna memiliki banyak wajah dan hanya Allah SWT yang mengetahui maksud utama
arti ayat tersebut
3.
Perbedaan
pendapat apakah ayat mutasyabihat perlu ditafsiri dan diamalkan atau tidak, jika
takwilannya sesuai dengan kaidah bahasa arab, maka boleh dipakai.
4.
Hikmah
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat sangat banyak salah satunya agar kita giat
dalam mendalami dan mempelajari Al quran sebagai sumber sekalius pedoman kita.
B.
Kritik
dan Saran
Demikian makalah ini penulis uraikan,
apabila terdapat kesalahan, Hendaknya supaya memberi masukan, agar dalam
pembutan makalah penulis bisa lebih baik lagi.
Dan di harapkan dengan adanya makalah ini
pembaca dapat mengetahui dan memahami ayat-aya muhkamat dan mutasyabihat dengan
lebih mendalam
DAFTAR PUSTAKA
[1]Abdul Djalal .H.A., Ulumul Quran, (surabaya: dunia ilmu, 1998). Hlm.
239.
[1] Kahar mansyhur, pokok-pokok ulumul quran,(jakarta: rineka cipta,
1992). Hlm. 120,
[1]Abdul Djalal .H.A., Ulumul Quran, (surabaya: dunia ilmu, 1998). Hlm.
239.
[2] Ibid. 240
[3] Ibid. 241
[4] ibid
[5] ibid
[6] Kahar mansyhur, pokok-pokok ulumul quran,(jakarta: rineka cipta,
1992). Hlm. 120,
[7]Ibid. 121
[8] H. Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur’an, (surabaya: Dunia Ilmu, 1998).
Hlm. 251,252
[9] Abdul Djalal .H.A., Ulumul Quran, (surabaya: dunia ilmu, 1998). Hlm.
256
[10] Ibid. 257
[11] Ibid
[12] Ibid. 257
[13]Ibid. 258
[14] Ibid
[15] ibid
[16] Ibid
[17] ibid
[18] Ibid 259
[19] Ibid 260
[20] Ibid. 261
[21] Ibid
[22] Ibid. 263
[23] ibid
[24] Ibid. 263
[25] Ibid 263
semoga bermanfaat ya sobat, aq akan sangat senang ketika sobat berterimaksih jika makalah ini bermanfaat untuk sobat blogger.
semoga bermanfaat ya sobat, aq akan sangat senang ketika sobat berterimaksih jika makalah ini bermanfaat untuk sobat blogger.
di perbolehkan
untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat
harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver
pulsa 1400 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik
hati.
jika kedua
syarat itu terpenuhi, maka halal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar