Makalah Uraian Kitab-kitab
yang Berkaitan dengan Biografi Periwayat Hadits
KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Karena berkat rahmat. taufiq. hidayah dan inayah-Nyalah makalah ini bisa
kami selesaikan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir
zaman. Nabi Muhammad saw. yang telah membimbing umat-umatnya ke jalan yang
benar. tiada lain dengan datangnya agama Islam.
Makalah yang berjudul “(Uraian
Kitab-Kitab bografi periwayat hadits)” ini merupakan usaha kami untuk memenuhi
tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Ulumul Hadits. Semoga dengan karya tulis kecil
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Amin ya Robbal ‘alamin
Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. maka dari itu kami berharap kepada teman-teman untuk tidak segan-segan
memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Kranji, 18 Oktober 2013
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A.
Latar belakang
..........................................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah
....................................................................................................
1
C.
Tujuan
......................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2
1.
ISI GLOBAL
KITAB USHUL AL-GHOBAH BI MA;RIFATI SHOHABAH.............................................................................................................2
2.
ISI GLOBAL
KITAB TAHDZIB AL-KAMAL.....................................................................................................................5
3.
ISI GLOBAL
KITAB TAHDZIB AL-TAHDZIB................................................................................................................10
4.
ISI GLOBAL
KITAB TAQRIB AL-TAHDZIB................................................................................................................14
BAB III PENUTUP
.........................................................................................................20
A.
Kesimpulan ............................................................................................................20
B.
Saran .....................................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sehubungan dengan pentingnya ilmu ulumul hadits bagi mahasiswa
kejuruan pendidikan agama islam. Maka di makalah kami ini, kami akan
menjabarkan tentang isi global kitab-kitab yaitu meliputi; KITAB USHUL
AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH, KITAB
TAHDZIB AL-KAMAL, TAHDZIB AL-TAHDZIB, TAQRIB AT-TAHDZIB. Dalam kesempatan tugas
membuat makalah ini, kami ingin mengupas tentang isi global kitab-kitab
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa isi global kitab USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH?
2.
Apa isi global kitab TAHDZIB AL-KAMAL?
3.
Apa isi global kitab TAHDZIB AL-TAHDZIB?
4.
Apa isi gobal kitab TAQRIB AT-TAHDZIB?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui isi global kitab USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH
2.
Mengetahui isi global kitab TAHDZIB AL-KAMAL
3.
Mengetahui isi global kitab TAHDZIB AL-TAHDZIB
4.
Mengetahui isi global kitab TAQRIB AT-TAHDZIB
BAB II
PEMBAHASAN
1.
ISI GLOBAL KITAB USHUL AL-GHOBAH BI
MA’RIFATI SHOHABAH
Kitab “ushul al-Ghabah bi ma’rifati
ash-shahabah” karya seorang Mousul yakni Ibnu Atsir, yang
lengkapnya dengan nama I’zuddin Abu Hasan A’li bin Abi al-Karom Muhammad bin
Muhammad bin Abdil Karim Assyabani adalah sebuah kitab yang amat terkenal
dikalangan para ulama dan umat islam pada khususnya yang mana kitab ini
termasuk kedalam tiga kitab termashur dari puluhan kitab yang membahas
didalamnya tentang para rijalul hadis dari kalangan sahabat, tabii’n dan
ulama-ulama yang sampai pada masanya baik laki-laki maupun perempuan. Berikut adalah rincian dari kitab ushul al-ghabah bi ma’rifati shohabah :
Jilid
pertama yang didalamnya memuat pembahasan tentang muqodimah an-Nasir,
serta sekilas tentang biografi singkat Ibnu Atsir dan khosoisu kitab ushul al-ghabah fi
ma’rifati as-shahabah.
Selanjutnya pada jilid pertama ini
juga memuat didalamnya prakata ataupun muqodimah yang disampaikan oleh seorang
mualif/pengarang Ibnu Atsir, serta pembahasan singkat, sebagai
keta’ziman ataupun penghormatan beliau kepada para ulama sebelumya yang telah mengarang
beberapa kitab tafsir ataupun hadis yang mana diataranya: Tafsir al-Qur’an al-Majid karya Ibnu Ishaq, al-Wasit
fi tafsiri aidon lilwahidi, shahih bukhori, shahih Muslim, al-Muwato li Imam
Malik, Musnad Ahmad bin Hamba, Musnad Abi Daud, al-Jami’ al-Kabir karya
at-Turmudzi, Sunan an-Nasa-i, Maghazi Ibnu Ishaq, Musnad Mu’af bin i’mroni dan
seterusnya.
Tidak hanya sampai disitu, sebelum
sampai pada pembahsan inti tentang para
rijalul hadis, beliau juga menjelaskan tentang perjalanan Rasulullah dari awal hayat
sampai akhir hayatnya. Lalu kemudian dilanjutkan
kepada pembahasan para rijalul hadis mulai dari huruf alif ataupun hamzah
Sedangkan jilid selanjutnya
sampai pada jilid terakhir, didalamnya membahas tentang para rijalul
hadis, alkunni, para sahabat perempuan dan perempuan yang majhul. Akan tetapi
pada jilid terakhir terdapat ikhtitamul kitab yang disampaikan oleh sang
mualif.
a.
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
ataupun khosoisu kitab ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah :
Seperti apa
yang telah disampaikan dalam muqodimatul kitab, bahwasannay Ibnu Atsir bukan
seorang yang pertama kali mengarang kitab tentang para rijalul hadis, melainkan
telah banyak para pendahulunya ataupun yang semasa dengannya telah mengarang
kitab mengenai rijalul hadis. Meskipun demikian, Ibnu Atsir dalam kitabnya ini “ushul
al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah”, masih bersandar para pendahulunya
dengan disertakan keinginannya yang kuat, kealiman dan usaha yang
sungguh-sungguh. Sehingga dalam kitabnya ini terdapat beberapa khosoisu yang
diantaranya :
Ø
Mengurutkan
nama para sahabat sesuai dengan huruf hijaiyah agar dapat mempermudah
menggunakannya, seperti halnya mu’jam ataupun kamus.
Ø
Mempermudah
para pengguna, ketika mencari para nama sahabat yang memiliki nama yang
mutasabihat ataupun memiliki kesamaan dengan nama yang lainnya.
Ø
Terdapat
pembahasan kaliamat-kalimat yang gharib.
Ø
Telah
membenarkan sebagian kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab para
pendahulunya serta menambahkan kekurangan yang terdapat didalamnya.
Adapun kekurangan yang terdapat dalam kitab ushul
al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah, menurut penulis, meskipun dalam kitab ushul
al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah ini secara khusus membahas Sahabat Nabi
tetapi pembahasannya secara mu’jam, yaitu diurutkan berdasarkan huruf
hijaiyyah dari masing-masing nama periwayat hadis ditingkat Sahabat Nabi.
Memang dengan sistem ini memudahkan dalam merujuk nama Sahabat Nabi yang akan
dicari, tetapi klasifikasi atas Sahabat Nabi bisa dikatakan tidak ada berbeda
halnya dengan Thabaqot al-Kubro
b.
Latar Belakang Penulisan Ushul Al-Ghobah Bi Ma’rifati shohabah
Sejauh ini,
mengenai latar belakang penulisan kitab Ushul al-Ghabah fi ma’rifati
ash-shabah yang dapat penulis tangkap ataupun simpulkan dari pernyataan
Ibnu Atsir dalam muqodimah yang disampaikannya, adalah tidak lain karena
ketaatannya kepada Allah swt, serta kecinntaannya terhadap baginda Nabi
Muhammad saw. Adapun penulisan daripada kitab Usd al-Ghabah fi ma’rifati
ash-shabah ini dimulainya ketika beliau kembali atau pulang kedaerah
asalnya yaitu maousul setelah menimba ilmu keberbagai daerah.
Yang mana
beliau berniat untuk mengumpulkan mukhorij dan musnid hadis, selain itu juga
atas pernyataan beberapa orang yang menamakan dirinya sebagai kelompok ahli
muhaddisin bahwa pada masanya itu, kebutuhan hadis sangatlah diutamakan setelah
kitabullah. Akan tetapi sedikit perhatian terhadap keadaan para musnid ataupun
mukhorijnya[1].
Sehingga beliau berkeingginan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kedua hal
tersebut yang pada akhirnya menghasilkan sebuah maha karya yang sangat gemilang
yaitu kitab Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah.
Selanjutnya
putra yang paling terkenal dan juga sebagai sohibul kitab Usd al-Ghabah fi
ma’rifati ash-shabah adalah I’zuddin Abu Hasan A’li bin Abi al-Karom Muhammad
bin Muhammad bin Abdil Karim Assyabani yang terkenal dengan julukan Ibnu Atsir
al-Jazri (13 Mei 1160 – 1233), Pada usia 21 tahun dia telah menyelesaikan
pendidikan mengenai tradisi dan sejarah Islami kepada ayahnya di mosul,
kemudian melanjutkan pendidikannya In the service of the amir untuk beberapa
tahun, selain itu dia juga mengunjungi Baghdad dan Yerusalem dan kemudian
Aleppo dan Damaskus. Yang mana pada akhirnya beliau meninggal di Mosul.
Adapun
sumbangsihnya terhadap dunia, khususnya dunia Islam, yakni dari beberapa kitab
yang telah ditulisnya yakni diantaranya :
·
al-Kamil fit-tarikh,
yang meluas hingga tahun 1231. Buku ini telah disunting oleh Carl Tornberg, Ibn
al-Atsir Chronicon quod perfectissinum inscribitur. Bagian
pertama karyanya merupakan ringkasan karya Tabari dengan tambahan-tambahan
besar. Dan kitab inilah yang paling terkenal dibandingkan kitab-kitab yang
telah dikarangnya.
·
Ibnu Atsīr juga menulis sejarah Atabeg Mosul at-Tarikh
al-atabakiya, yang diterbitkan
dalam Recueil des historiens des croisades
·
Kitab al-Lubab,adalah rikasan dari kitab
al-Ansab lil-Masaa’ni
·
Usd
al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah, yang berbentuk sebuah mu’jam fi tarikh
as-sahabah.
2.
ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-KAMAL
a.
Setting Historis dan Riwayat Hidup Al-Mizzi
Nama lengkapnya adalah
Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin Al-Zaky ‘abdul Rahman bin Yusuf bin
‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-Qadha’i Al-Mizzi.
Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari keturunan
Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al-Qudha’i. Beliau pindah ke Damaskus dan
menetap di salah satu desa yang bernama Mizzah dan nama inilah yang
menjadi nisbah di akhir namanya. Di daerah Mizzi ini kabilah Kalb merupakan
kabilah terbesar.
Al-Mizzi membaca
Alquran dan fiqih sedikit demi sedikit. Keluarga Al-Mizzi tidak memberikan
dorongan untuk mempelajari hadis, mereka tidak masyhur dalam keilmuan dan orang
tuanya pun bukan ulama yang masyhur. Al-Mizzi mulai mempelajari hadis ketika
berusia 21 tahun yaitu pada tahun 675 H.
Ia
pertama kali mendengar hadis dari gurunya Syeikh Al-Musnid Al-Mu’ammar
Zainuddin Abi Al-‘Abbas Ahmad bin Abi Al-Khair Salamah bin Ibrahim Al-Dimasyqi
Al-Haddad Al-Hanbali mengkaji kitab Al-Hilyah karya Abi Nu’aim. Dari
syeikh Ahmad bin Abi al-Khair, al-Mizzi mendapatkan kedudukan ilmu yang tinggi
sehingga ada riwayat sejumlah ulama yang tsiqah darinya, antara lain: Saraf
al-Din al-Dimyathi, Ibn al-Hulwaniyah, Ibn al-Khabbaz, Ibn al-‘Aththar, Ibn
Taymiyah, al-Birzaly dan banyak lagi selain dari mereka. Bahkan Ibn Hajib pernah belajar darinya di Arafah pada tahun 620 H.[2]
Al-Mizzi
juga banyak mengaji kitab-kitab pokok seperti al-kutub al-sittah, musnad
al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Abi al-Qasim al-Thabrani, Tarikh
Madinatu salam karya Al-Baghdadi, Al-Sirah Ibnu Hisyam, Muwaththa’ Imam Malik,
dan lainnya.
Al-Mizzi mengembara di
kota-kota yang ada di Syam. Ia juga belajar di al-Quds al-Syarif, Himsha,
Himah, dan Ba’labak. Sesudah itu ia menunaikan ibadah haji dan belajar di
Makkah dan Madinah. Setelah itu ia pergi ke negeri-negeri Mesir. Ia belajar di
Kairo, Alexandria, dan Bilbis sampai pada tahun 683 H. Di Alexandria sampai
tahun 684 H ia belajar kepada Shadr al-Din Sahnun (w.695 H).
guru al-Mizzi
(sekaligus temannya) yang paling berpengaruh yaitu Syaikhul Islam Taqiyuddin
Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd, Al-Halim Al-Ma’ruf Ibnu Taimiyah Al-Harany
(661-728), Al-Mu’arrikh al-Muhaddits ‘Ilmuddin Abu Muhammad Al-Qasim bin
Muhammad Al-Birzali (665-739), Muarrikhul Islam Syamsuddin Abu ‘Abdillah
Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi (673-748)..
Al-Mizzi
tertimpa penyakit pada awal Shafar 742 H. Awalnya, sakitnya ringan sehingga
tidak menghalangi aktifitasnya dalam mengajarkan hadis yaitu juz ketiga dari
kitab Tahdzib al-kamal hari kamis 10 Shafar. Pada hari sabtu tanggal 12 Shafar
742 H beliau wafat dan dimakamkan di samping makam istrinya ‘aisyah bint
Ibrahim bin Shudaiq, sebelah barat makam Imam Taqiyuddin bin Taimiyyah.
b.
Latar Belakang Penulisan Kitab
Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal adalah
kitab yang menghimpun guru-guru ashaabi kutub al-sittah dan
perawi-perawi kutub al-sittah. Akan tetapi kitab ini bukanlah kitab yang
pertama. Sebelumnya, Ibnu Atsir telah
menyusun sebuah kitab yang beliau beri nama” al-Mu’jam al-Musytamil ‘ala
Dzikri Asma’ Syuyukh al-Aimmah al-Nabil”. Setelah itu al-Hafidz al-Kabir
Abu Muhammad Abdul Ghaniy Ibn Abd al-Wahid al-Maqdisi al-Jamma’ili al-Hanbali
(544-600 H) menyusun Kitab al-Kamal
Fi Asmaa’ ar-Rijal. Al-Hafidz Abd al-Ghoniy
adalah orang pertama yang menyusun kitab
tentang para perawi yang terdapat di dalam kutub al-sittah. Akan tetapi,
kitab ini juga membahas guru-guru mereka dan juga para perawi kutub al-sittah
dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in sampai guru-guru penyusun kutub
al-sittah.
Menurut Al-Mizzi setelah meneliti dan memahami kitab al-Kamal Fii Asmaa’
Ar-Rijal kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga, tetapi di
dalamnya masih terdapat banyak kekurangan. Banyak biografi para perawi kutub
al-sittah yang tidak dicantumkan di dalamnya sehingga jumlahnya tidak sesuai
dengan yang semestinya. Oleh karena itu, al-Mizzi menyusun kitab yang
menyempurnakan kitab al-Kamal Fii Asmaa’Ar-Rijal dengan menggunakan
dasar-dasar yang terdapat dalam kitab tersebut. Kitab baru ini dinamakan Tadzhib
al-Kamal fi Asma’ al-Rijal. Al-Mizzi memulai penulisan kitabnya pada
tanggal 9 Muharram 705 H dan selesai pada hari
id Adha 712 (selama tujuh tahun).
c.
Sistematika dan Metodologi Penulisan Kitab
Kitab
Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal merupakan ringkasan dan penyempurnaan dari kitab al-Kamal. Kitab ini
memuat 8645 perawi disusun dalam 35 jilid.
Sistematika dan metode yang digunakan oleh al-Mizzi dalam kitab ini, yaitu:
a.
Memuat guru-guru ashaab kutub al-sittah, perawi- perawi kutub al-sittah
baik dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
b.
Kisah Rasulullah saw. di awal pembahasan.
c.
Disusun secara alfabetis/mu’jam.
d.
Memberikan simbol-simbol berikut : (ع) untuk kutub al-Sittah, (٤)
untuk sunan al-Arba’ah, (خ)
untuk kitab Shahih Bukhari, (م)
untuk kitab Shahih Muslim, (د )
untuk kitab Sunan Abi Dawud, (ت)
untuk kitab Sunan al-Tirmidzi, (س)
untuk kitab Sunan al-Nasa’i, (ق)
untuk kitab Sunan Ibnu Majah, (خت)
untuk kitab Ta’liqat karya al-Bukhari, (بخ)
untuk kitab al-Adab al-Mufrad karya al-Bukhari ,(ى)
untuk kitab Raf’u al-Yadain karya al-Bukhari, (عخ)
untuk kitab Kalq af’al al-’Ibad karya al-Bukhari,(ز)
untuk kitab al-Qira’ah Khalfa al-Imam karya al-Bukhari, (مق)
untuk Muqaddimah kitab Shahih Muslim, (مد)
untuk kitab al-Marasil karya Abu Daud, (قد)
untuk kitab al-Qadar karya Abu Daud, (خد)
untuk Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh karya Abu Daud,(ف)
untuk kitab al-Tafarrud karya Abu Daud, (صد)
untuk kitab Fadhail al-Anshar karya Abu Daud, (ل)
untuk kitab al-Masa’il karya Abu Daud, (كد)
untuk kitab Musnad Malik karya Abu Daud, (ثم) untuk kitab al-Syama’il karya al-Turmudzi, (سى)
untuk kitab al-Yaum wa al-Lailah karya al-Nasa’i, (كن)
untuk kitab Musnad Malik karya al-Nasa’i, (ص)
untuk kitab Khasa’is ’Ali karya al-Nasa’i, (عس)
untuk kitab Musnad ’Ali karya al-Nasa’i, (فق) untuk kitab al-Tafsir karya
Ibnu Majah.
e.
Nama-nama perawi yang diawali dengan kata ahmad lebih didahulukan.
f.
Pada bab Miim ,
nama-nama para perawi yang diawali dengan kata Muhammad lebih didahulukan.
g.
Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan kunyah dan laqabnya.
h.
Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya,
ibunya, pamannya atau lainnya.
i.
Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama kabilahnya, negerinya,
pekerjaannya, atau sejenisnya.
Untuk lebih jelasnya,
isi kitab dapat dilihat dalam uraian berikut:
Jilid pertama, tentang
sejarah singkat Nabi Muhammad S.A.W., nama-nama beliau, putra-putri beliau,
haji dan umrah Nabi, khadim Nabi, budak-budak Nabi, hewan peliharaan dan
kendaraan Nabi, sifat-sifat dan akhlaq Nabi. Pada akhir jilid ini dimulai
penulisan nama-nama rijal al-hadits yang diurutkan berdasarkan urutan mu’jam
serta dimulai dengan nama Ahmad.
Jilid ke-dua dan ke-tiga, berisi nama-nama perawi yang diawali dengan huruf
alif seperti: Aban, Asma’, Isma’il, Ayyub dan lain-lain.
Jilid ke-empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf
ba’, ta’, tsa’, jim seperti: Badzam, Bajalah, Bujair, Tuba’i, Tilb, Talid,
Tsabit, Jaban, Jabir dan lain-lain.
Jilid ke-lima, nama-nama yang dimulai dengan huruf jim, dan ha’ seperti:
Ja’far, Ju’ail, Habs, Hatim, Hajib dan lain-lain.
Jilid ke-enam dan ke-tujuh, nama-nama yang dimulai dengan huruf ha’,
dimulai dengan nama Hussam, Hasan, Hafs, Hakam, Hammad dan lain-lain.
Jilid ke-delapan, nama-nama yang dimulai dengan huruf kha’, dal, dzal,
seperti Kharijah, Khalid, Darim, Daud, Dzakwan, Dzuhail dan lain-lain.
Jilid ke-sembilan, nama-nama yang dimulai dengan huruf ra’, dan zai,
seperti: Rasyid, Rafi’, Zubair, Zuhairi, Zakariya dan lain-lain.
Jilid ke-sepuluh, ke-sebelas dan ke-duabelas,
nama-nama yang dimulai dengan huruf zai, sin, syin seperti: Zaid, Sahim, Sa’d,
Sa’id, Sufyan, Sulaiman, Syuja’, Syu’aib, Syihab dan lain-lain.
Jilid ke-tiga belas, ke-empat belas, ke-lima belas, ke-enam belas, ke-tujuh
belas, ke-delapan belas, ke-sembilan belas, ke-dua puluh, ke-dua puluh satu,
ke-dua puluh dua, ke-dua puluh tiga, nama-nama yang dimulai dengan huruf shad,
dladl, tha’, zha’, ‘in, ghin, fa’, qaf, seperti: Shalih, Shafwan, al-Dlahhad,
Dlamran, Toriq, Talhah, ‘Asim, ‘Amir, ‘Ubbad, ‘Abbas, ‘Abdullah, ‘Abdurrahman,
‘Abdul Aziz, ‘Ubaidillah, ‘Usman, ‘Atha’, ‘Ali, ‘Umar, ‘Amr, ‘Imran, ‘Isa,
Ghani, al-Fadl, Fudlail, al-Qasim, Qatadah, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh
empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf qaf, kaf, lam, seperti: Qa’is,
Kasir, Ka’b, Luqman, Laits, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh
lima, ke-dua puluh enam, ke-dua puluh tujuh, ke-dua puluh delapan, ke-dua puluh
sembilan, dan ke-tiga puluh, nama-nama yang dimulai dengan huruf mim, dan nun
seperti: Muhammad, Mus’ab, Musa, Maisah, Maimun, Nafi, Nashr, dannlain-lain.
Jilid ke-tiga puluh
satu dan ke-tiga puluh dua, nama-nama yang di-mulai dengan huruf wawu,
lam-alif, dan ya’, seperti: Washil, Waki’, al-Wahid, Wahb, Lahiq, Yasin, dan
Yahya dan lain-lain.
Jilid ke-tiga puluh
tiga, kitab Kuna (nama-nama yang dimulai dengan Abb, Umm dan sejenisnya).
Jilid ke-tiga puluh
empat, nama-nama yang terkenal yang dinisbatkan pada nama qabilahnya.
Jilid ketigapuluh lima,
menjelaskan orang-orang yang tekenal yang dinisbatkan kepada Suku, Negeri,
pekerjaan, dan gelar (laqab). Para perawi yang masih samar, perawi dari
kalangan wanita dan kunyah perawi wanita.
Ø Kelebihan Kitab Tahdzibul
Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal:
a.
Memuat
para perawi yang terdapat di kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal dan menambah
para perawi kutubus sittah yang belum terdaftar di dalam kitab tersebut.
b.
Disebutkan
sejumlah biografi para perawi supaya dapat dibedakan dari yang lain
c.
Memuat
sejarah dari para guru ashaab kutubus sittah, rawi-rawinya, jarh wa
ta’dil, tahun lahirnya, tahun wafatnya, dan lain-lain.
d.
Al-Mizzi
mengklasifikasikan para perawi sebagaimana yang terdapat dalam empat fashol
terakhir, yaitu: Fashal pertama, para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya,
kakeknya atau keluarganya yang lain. Fashal kedua, para
perawi yang terkenal dengan nama sukunya, negerinya, atau pekerjaannya. Fashal
ketiga, para perawi yang terkenal dengan laqabnya. Fashal keempat, para perawi
yang mubham.
e.
Seluruh biografi
disusun secara alfabetis
f.
Terdapat simbol-simbol sebelum nama perawi yang
menunjukkan bahwa nama perawi itu terdapat dalam kitab tertentu. Di antaranya
adalah 6 tanda yang menunjukkan bahwa rawi itu terdapat dalam kutubus sittah,
1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh
ashaabus sittah, 1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh ashaabul arba’ah, dan
19 tanda bagi pengarang ashaabus sittah lain.
Ø Kekurangan Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal:
Menurut
pemakalah kitab Tahdzibul Kamal adalah kitab yang sangat luas
cakupannya yang terdiri dari 35 jilid dan jumlah rawi yang berbilang-bilang. Oleh karena itu, pemakalah tidak banyak menemui kekurangan dari kitab ini.
Begitu juga dari para ulama, pemakalah tidak mendapati banyak dari mereka yang
mengkritik kitab ini. Kelemahanya menurut Ibn Hajar al-Asqalani, kitab ini
hanyalah sebuah kitab yang mencakup indentitas para perawi saja. Adapun tentang
penilaian kualitas rawi tersebut terdapat banyak keluputan
3.
ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-TAHDZIB
1.
Biografi Pengarang
Namanya adalah
Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-’Asqalani [selanjutnya
disebut Ibn Hajar], lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H.
Sejak kecil Ibn Hajar telah piatu dan diasuh oleh ayahnya yang juga merupakan
ahli fiqih, bahasa dan qira’ah. Selain itu Ibn Hajar juga telah
mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna sejak umur 9 tahun.
Ibn Hajar tergolong ulama yang cukup
produktif menghasilkan karya-karya dalam khazanah
keislaman. Diantaranya adalah Fath al-Bari sebuah karya yang mencoba
memberikan syarh terhadap kitab kumpulan hadits karya Imam Bukhori.
Selain itu Ibn Hajar juga cukup concern dalam kajian Rijal al-Hadits.
Diantara kitab-kitabnya adalah al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Tahdzib
at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib dan Lisan al-Mizan dll.
2.
Tentang
Kitab Tahdzib Al-Tahdzib
Tahdzib
al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya meringkas dan menyempurnakan
kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang oleh Ibn Hajar dianggap terlalu
panjang.
Kemudian Ibn
Hajar juga mengkritik kitab Tahdzib at-Tahdzib karya az-Dzahabi dan juga Kitab
al-Kasyif yang memberikan pembahasan yang cukup panjang namun tidak
memperhatikan ke-tsiqahan dan kritik jarh didalamnya, padahal
kedua hal tersebut paling tidak menjadi tolok ukur utama. Selain itu
juga terdapat beberapa nama yang keberadaan gurunya tidak diketahui dan tidak
ada penjelasan lebih lanjut.
3.
Metode dan
Sistematika
Berikutnya, Al
Hafidz Ibnu Hajar melakukan resume kitab “Tahdzib Al-Kamal’ karangan Al-Mizzy
dalam sebuah kitab yang berjudul “Tahdzib At-Tahdzib’. Garis besar sistematika
ringkasannya sebagai berikut:
a.
Ia batasi
menulis sesuatu yang berkaitan dengan al-jarh wat-ta’dil.
b.
Ia tidak tulis
terlalu panjang hadis-hadis yang ditakhrij oleh Al Dzahaby dari riwayat-riwayatnya
yang tinggi.
c.
Ia tidak
masukkan guru-guru dan murid yang biografinya di tulis yang sudah
disederhanakan oleh al-Mizzy, dan Ia batasi pada yang paling terkenal, paling
kuat hafalan, dan yang dikenal sebagian mereka jika rawi itu sering disebut.
d.
Biasanya, ia
tidak buang sedikitpun biografi yang singkat.
e.
Guru dan
murid rawi yang biografinya ditulis tidak disusun dari segi usia, hafalan,
isnad, kerabat dan lain sebagainya.
f.
Ia buang
komentar terlalu banyak di sela sebagaian biografi, karena hal itu membuktikan
tidak tautsiq dan tajrih.
g.
Pada
biografi itu ditambahkan pandapatnya pendapat para tokoh yang menguatkan tajrih
dan tautsiq dari luar kitab itu.
h.
Pada
sebagian tempat didatangkannya sebagian perkataan asal dengan arti tanpa merusak maksudnya. Terkadang ditambahkannya sebagian
lafadz yang mudah demi kemaslahatan.
i.
Ia tidak
cantumkan banyak penyelisihan tentang wafatnya tokoh-tokoh kecuali pada tempat yang
mengandung kemaslahatan tidak dibuang.
j.
Tidak dibuangnya
seorang pun biografi tokoh-tokoh hadis yang terdapat “Tazhdzib al-Kamaal”.
k.
Ia tambahkan
sebagian biografi yang diberikannya tambahan pada aslinya dengan jalan menulis
nama rawi itu, nama ayahnya dengan tulisan tinta berwarna merah.
l.
Di sela
sebagian biografi ia tambahkan perkataan yang tidak ada pada aslinya tetapi
dimunculkannya dengan mengatakan قلت aku berkata : hendaknya pembaca sadar bahwa seluruh
kata setelah ‘Qultu’ merupakan tambahan Ibnu Hajar hingga akhir biografi.
m.
Ia konsisten
pada rumus-rumus yang disebutkan oleh al-Mizzy.
Tetapi tiga hal dari rumus-rumus itu
dibuangnya, yaitu (مق – سي - ص) Ia juga konsisten menghadiri biografi-biografi pada kitab itu
berdasarkan urutan aslinya seperti pada “Tahdzib’ al-Mizzy.
n.
Ia tidak
cantumkan tiga pasal yang disebut al-Mizzy pada awal kitabnya. Hal itu yang
berkaitan dengan syarat-syarat para tokoh hadis yang enam, menganjurkan periwayatan
dari para rawi tsiqot dan biografi Nabi atau siroh Nabi.
Kitab tahdzib
at-Tahdzib ini dimulai dengan abjad hamzah dengan perawi bernama Ahmad dan
dengan huruf mim yang namanya Muhammad. Jika perawi memiliki nama kunyah atau
nama aslinya telah dikenal atau tidak diperdebatkan maka akan dicantumkan dalam
kelompok nama asli dan ditulis lagi dalam kelompok kunyah. Sedangkan jika nama
aslinya tidak diketahui atau masih diperdebatkan maka dimasukkan dalam kelompok
nama kunyah dan ditulis ulang dalam kelompok nama asli.
Pada bagian
muqaddimahnya dalam satu fasal Ibn Hajar menambahkan beberapa tanda untuk
memudahkan yaitu: ع untuk al-Kutub al-Tis’ah,
٤ untuk al-Kutub al-Arba’ah,
خ untuk Shahih Bukhari, م untuk Shahih Muslim, د untuk Sunan Abu Dawud, ت untuk Sunan al-Turmudzi, س untuk Sunan al-Nasa’i, ق untuk Sunan Ibn Majah, خت untuk Shahih Bukhari dalam beberapa ta’liq, ي untuk Shahih Bukhari hanya pada al-Adab, عخ untuk Shahih Bukhari pada Khalq al-Ibad, ز untuk Shahih Bukhari pada qira’ah khalf al-Imam, مق untuk Shahih Muslim pada bagian muqaddimah, مد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian marasil, خد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian qadar, ف untuk Sunan Abu Dawud pada bagian kitab tafarrud,
صد untuk Sunan Abu Dawud
pada bagian fadla’il al-Anshar, ل untuk Sunan Abu Dawud pada bagian masa’il, كد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian Musnad Malik, نم untuk Sunan Turmudzi pada bagian Syama’il, سي untuk Sunan Nasa’i pada bagian Musnad Malik, ص untuk Sunan Nasa’i pada bagian Khasha’ish Ali, عس untuk Sunan Nasa’i pada bagian Musnad Ali, فق untuk Sunan Ibn Majah pada bagian Tafsir.
Ø
Kelebihan
dan Kekurangan
a.
Kelebihan
1.
Kitab
disusun menggunakan urutan Abjad sehingga memudahkan pencarian rawi
2.
Ada bab yang
khusus mengelompokkan rawi berdasarkan kunyah-nya baik rawi laki-laki
maupun perempuan.
3.
Ada bagian atau
bab yang secara khusus mengelompokkan rawi wanita.
4.
Jilid
terakhir merupakan fihris yang memudahkan pencarian.
b.
Kekurangan
a.
Banyak terjadi
inkonsistensi kritik atau seleksi dalam penulisan karena sebagaimana diakui,
karya ini merupakan ringkasan kitab sebelumnya sehingga data-data yang telah
ada sebelumnya masih menjadi rujukan utama, meskipun juga tidak dinafikan
adanya penambahan penilaian pada beberapa rawi.
b.
Sering
menisbatkan kritikan langsung berdasarkan penilaian ulama yang masa hidupnya
jauh lebih lampau dari Ibn Hajar tanpa menyebutkan persambungan rentetan
kritikus-kritikus sebelumnya. Bahkan terkadang tanpa penjelasan
alasan mengapa seorang rawi dinilai jarh.
c.
Terkadang
masih mencantumkan pembahasan yang panjang lebar mengenai seorang rawi namun
tidak ada data yang jelas sebagaimana diharapkan dalam muqaddimah.
a.
Biografi Penulis
Namanya adalah Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar
al-’Asqalani [selanjutnya disebut Ibn Hajar], lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H
dan wafat tahun 852 H. Sejak kecil Ibn Hajar telah yatim dan diasuh oleh
ayahnya yang juga merupakan ahli fiqih, bahasa dan qira’ah. Selain itu Ibn
Hajar juga telah mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna sejak umur 9 tahun.
Ibn Hajar tergolong ulama yang cukup produktif menghasilkan karya-karya
dalam khzanah keislaman. Diantaranya adalah Fath al-Bari
sebuah karya yang mencoba memberikan syarh terhadap kitab kumpulan hadits karya
Imam Bukhori. Selain itu Ibn Hajar juga cukup concern dalam kajian Rijal
al-Hadits. Diantara kitab-kitabnya adalah al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah,
Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib dan Lisan al-Mizan dll.
Kitab Taqrib
At Tadzhib merupakan salah satu kitab Biografi khusus tokoh-tokoh hadis kitab
Sohih dan Sunah yang empat. Pada kitab ini Ibnu Hajar Al Asqalany (w.852 H)
meresume kitabnya sendiri “Tahdzib at Tahdzib” menjadi seperenamnya. Kitab
Tahdzib at Tahdzib Ibnu hajar (w. 852 H) disusun untuk meresume kitab Tahdzib
Al kamal karangan Al Mizzy ( w.742 H) dan Kitab Tahdzib Al kamal disusun untuk
meresume Kitab Al kamal fi Asma Ar Rijal karangan Al Hafidz Abdul Ghony bin
Abdul wahid Al maqdisy al jamma’ily al Hambali (w.600 H).
b.
Manhaj yang disusun pada Kitab Taqrib Al Tahdzib.
Dalam resume ini Ibnu Hajar melakukan langkah-langkah :
1.
Menempatkan
keterangan-keterangan shahih dalam penyusunan kitab ini, dengan merujuk kepada
sumber-sumber lain dalam fan ilmu rijal ini yang disusun dan dicetak
memudahkan.
2.
Disebutnya
semua biograf yang terdapat pada Tahdzib At Tahdzib tidak dibatasinya hanya
pada biografi para rawi kitab-kitab hadis yang enam seperti yang dilakukan oleh
Adz Dzahabi dalam “Al Kasyif” sebagaimana ia susun biografi itu berdasar urutan
yang dibuatnya sendiri pada “At Tahdzib”
3.
Ditulisnya
rumus-rumus yang pernah dicantumkan sendiri pada “Tahdzib At Tahdzib”. Bedanya ia
berbeda dengan rumus Sunan yang empat jika rumus-rumus itu kebetulan sama. Pada
At Tahdzib diberinya rumus ( ع ) dan pada
kitab ini diberinya rumus ( عم ). Seperti
ditambahkannya satu rumus yang tdak terdapat pada “At Tahdzib” yaitu kata-kata
(تمييز ) / Tamyiz. Kata-kata ini isyarat untuk
orang yang tidak mempunyai riwayat dalam kitab-kitab yang menadi pokok bahasan
kitab itu.
4.
Dalam
mukaddimah disebutkannya urutan para rawi. Dibatasinya mereka menjadi dua belas
tingkat. Disebutnya lafadz-lafadz al Jarh wa at ta’dil yang masing-masing
mempunyai lawan kata. Bagi perujuk kitab ini hendaknya memperhatikan
tingkatan-tingkatan ini dan lafadz-lafadz lawannya sehingga tidak keliru.
Karena mungkin saja, sebagian istilah digunakannya terminology khusus pada
kitab ini.
5.
Dalam
mukaddimah kitab itu disebutkan juga thobaqat para rawi yang biografinya
ditulis dibuat dua belas thobaqot juga. Sebelum merujuk (menggunakan) kitab ini
selayaknya diketahui thobaqot-thobaqot tersebut hingga perujuk dapat mengetahui
terminologi khusus versi Ibnu Hajar dalam kitab ini.
6.
Pada resume
ini, ditambahkannya satu pasal di akhir kitab yang berhubungan dengan penjelasan
kaum wanita shohabiyah yang masih samar berdasarkan urutan orang yang
meriwayatkan dari mereka pria atau wanita.
c.
Tingkatan Jarh dan Ta’dil dalam Taqrib
Ibnu hajar menyusun tingkatan jarh dan ta’dil ini menjadi 12 tingkatan:
1.
Sababat.
2.
Orang yang dikuatkan
keterpujiannya, ini ditandai dengan penetapan sifat seperti tsiqat, atau af’al
al-tafdil, seperti autsaaq al-Nas, atau penetapan ma’na seperti tsiqat hafid.
3.
Orang yang
hanya mempunyai satu sifat, seperti tsiqat, mutqin tsabat, atau ‘adl.
4.
Orang yang
derajatnya berkurang sedikit dari derajat yang ketiga biasanya diberi isyarah
dengan shaduq sayyi`al-hifdz, shaduq yuhamm, lahu auham, yukhthi`, atau
taghayyara bi akhiratin.
5.
Orang yang
tidak punya banyak hadits, biasanya diisyarahkan dengan maqbul.
6.
Orang yang
jumlah orang yang meriwayatkan darinya lebih dari satu dan tidak kuat, biasanya
diisyarahi dengan mastur atau majhul hal.
7.
Orang yang
tidak ditemukan penguat untuk menjadi mu’tabar baginya, dan ditemukan kelemahan
orang itu, biasanya diberi isyarah dengan dla’if.
8.
Orang yang
hanya diketahui oleh satu orang dan tidak kuat, biasanya dinamakan majhul.
9.
Orang yang
tidak kuat, dlaif malahan ada yang mencelanya, namanya matruk/matruk al-hadits.
10.
Orang yang
diduga berbohong.
11.
Orang yang menyandang
gelar al-kadzdzab.
Dalam Taqrib al-Tahdzib juga terdapat rumus-rumus yang menjadi kode dari
mukharrij hadits. Adapun kode-kode tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Shahih Bukhari
(خ)
b.
Mu’allaq dalam al-Bukhari (خت)
c.
Adab al-Mufrad
dalam al-Bukhari (بخ)
d.
Bab Khalq Af’al al-‘Ibad dalam al-Bukhari (عخ)
e.
جزء القراءة
خلق الامام dalam al-Bukhari (ز)
f.
رفع اليدين dalam al-Bukhari (ي)
g.
Shahih Muslim (م)
h.
Muqaddimah Muslim (مق)
i.
Sunan Abu Dawud (د)
j.
المراسيل dalam Abu Dawud (مد)
k.
Fadlail al-Anshar dalam Abu Dawud (صد)
l.
الناسخ dalam Abu Dawud (خد)
m.
القدر dalam Abu Dawud (قد)
n.
Bab التفرد dalam Abu Dawud (ف)
o.
المسائل dalam Abu Dawud (ل)
p.
Abu Dawud bab Musnad Malik (كد)
q.
Sunan Tirmidzi (ت)
r.
الشمائل dalam al-Tirmidzi (تم)
s.
Sunan al-Nasa`I (س)
t.
Musnad ‘Ali dalam al-Nasa`i (عس)
u.
‘Amal al-yaum wa al-lailah dalam al-Nasa`I (سي)
v.
Musnad Malik dalam al-Nasa`i (كن)
w.
Keistimewaan (khasa`ish) imam ‘Ali dalam
al-Nasa`i (ص)
x.
Sunan Ibnu Majah (ق)
y.
Bab al-Tafsir dalam Ibnu Majah (فق)
z.
Jika ada hadits seorang rijal yang hanya ada
satu dalam satu kitab hadits saja dari kutub al-sittah maka cukup dengan nomor
hadits itu sendiri walaupun hadits itu ditakhrij lagi bagi rijal itu di selain
kutub al-sittah.
aa.
jika hadits
tersebut ada di semua kitab hadits yang kita kenal dengan kutub al-sittah maka
kodenya adalah (ع)
bb.
jika hadits
tersebut ada di setiap kutub al-Tis’ah selain Bukhari Muslim maka kodenya
adalah (4).
cc.
Untuk orang
yang menurut para ulama tidak ada riwayat untuknya diberi tanda dengan تميزز, dengan maksud memberitahukan bahwa yang ini berbeda dari yang
lainnya, orang-orang (rijal) yang tidak ada tandanya diberi penjelasan sebelum
atau sesudahnya.
Kitab Taqrib al-Tahdzib ini disusun secara alfabetis, yakni tersusun dari
hamzah sampai ya`. Akan tetapi, pada pembahasan huruf hamzah terdapat keunikan.
Pada permulaan pembahasan diawali dengan membahas rijal yang bernama Ahmad,
kira-kira sampai rijal yang ke-130. Kemudian diikuti dengan rijal yang
bernama Adam dimulai dari nomor 132 sampai nomor rijal ke-135. Sedangkan yang
ke-131 diisi oleh Ibrahim. Tidak diketahui mengapa terjadi ketidak-teraturan
dalam penulisan Ibrahim ini. Sebenarnya kata Ibrahim ini seharusnya diletakkan
di belakang kata Aban, yang kata ini ditulis setelah kata Adam.
Kata Aban (أبان) ini sendiri tertulis sebanyak
delapan kali yaitu dari nomor rijal ke-135 sampai yang ke-143. Selanjutnya kata
Ibrahim yang tertulis mulai dari nomor rijal sampai ke-280. Setelah itu barulah
dimulai dengan kata Aby atau Abu. Penulisan Ibrahim, Adam dan Ahmad kemungkinan
untuk memuliakan atau semacam tabarruk-an, namun pembahas tidak mengetahui
secara pasti kenapa dimulai dengan Ahmad. Yang juga unik, kenapa nama Aban
masuk justru di tengah-tengah kata Adam dan Ibrahim, yang penyebutannya
diawalkan mungkin karena kesemuanya merupakan nama-nama para nabi.
Sedangkan
nama Aban ini tidak diketahui apakah ia seorang nabi atau bukan. Akan tetapi
untuk memberikan alasan bahwa mereka adalah nama-nama nabi kurang tepat juga,
karena di belakang juga terdapat nama Ishaq yang letaknya justru setelah kata
Usamah. Begitu pula kata Isma’il dan Ayyub tidak didahulukan seprti kata Ahmad.
Bab hamzah ini berakhir pada kata Ayyub yang bernomor 633.
Bab al-Ba`
dimulai dari rijal bernomor 634, di situ ia bernama Bab, yang diakhiri dengan
rijal bernomor 794 yang bernama Bayhas/Bayhus. Setelah itu bab huruf ta`
dimulai dari rijal ke-795 sampai rijal ke-811. Kemudian penulis menempatkan
nama-nama rijal dengan dimulai huruf tsa (ث)
pada antara nomor rijal 812 hingga 864, baru setelah itu disusul dengan huruf
jim ج)) sampai urutan ke-994. Ha (ح)
ada pada posisi 995sampai 1611. Disusul dengan kha` (خ)
pada nomor 1612 sampai 1780. Dal (د) 1781
sampai 1844. Dzal (ذ) 1845 sampai
1856. Ra` (ر) 1857 sampai 1981. Zayun (ز)
dari 1982 sampai 2173. Lalu sin (س)
dari 2174 sampai 2196. Adapun setelah sin ini untuk kitab yang saya temukan tidak ada penomoran lagi hingga ya (ي).
Di sini
nampaknya ada perbedaan waktu penulisan antara bab asma` rijal dan bab-bab
sesudahnya. Kesimpulan ini berdasar pada pembacaan pembahas pada akhir dari bab
ini, ada keterangan bahwa bab ini diselesaikan pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal 862
H. Bab ini berakhir pada Juz II. Akan tetapi, bab-bab selanjutnya dirampungkan
setelah satu tahun selesainya bab ini
Kemudian
dilanjutkan dengan bab al-Kuna (kunyah-kunyah). Sistematika dalam bab ini juga
diurutkan sesuai huruf hija`iyyah. Seperti kita ketahui kunyah adalah nama yang
diawali dengan kata Abu dan sejenisnya. Penyusunan alfabetisnya yang dimaksud
yaitu huruf pertama kata Abu, seperti nama rijal yang termasuk pada bab ya ini,
أبو يحيى الاسلامى.
Adapun setelah itu ada bab orang-orang yang dinisbatkan kepada ayahnya,
ibunya, kakeknya atau bahkan pamannya. Bab ini juga
disusun alfabetis. Bab orang-orang yang dinamakan berdasarkan qabilah-qabilah,
negara-negara atau tempat-tempat keramaian, seperti al-Anbariy yaitu Muhammad
bin Sulaiman.
Kemudian ada
bab laqab-laqab dan sejenisnya, seperti al-Abrasy adalah Muhammad bin Harb nama
ini juga untuk Salamah bin al-Fadl.
Kemudian
juga ada bab al-Nisa`. Tampaknya bab ini juga disusun secara alfabetis. Akan
tetapi, pembahas menemukan, sepanjang penelusuran yang telah dilakukan, ada
huruf yang terlewatkan seperti ta (ت)
yang langsung meloncat ke jim (ج).
Pembahas tidak mengetahui apa yang menyebabkan peloncatan ini. Apakah tidak ada
perowi perempuan yang mempunyai nama dengan di awali dengan huruf tsa` atau
seperti apa. Dalam bab al-Nisa` ini, seperti pada bab asama` al-rijal, juga
menampilkan kunyah-kunyah dari para perawi perempuan.
Ada beberapa
pasal dalam asma al-Nisa` ini. Diantaranya ada pasal tentang nama orang yang
dikatakan “dia anak perempuan fulan” (فصل في من
قيل لها ابنة فلان), seperti “Ibnatu al-Harits bin ‘Amir….”.
Ada juga pasal laqab-laqab al-Juhdumah (الجهدمة).
Pembahas kurang faham dengan apa yang dimaksud dengan pasal ini. Kemudian pasal
yang menjelaskan Nisa` yang mubham.
Bab ini
dibagi menjadi dua. Pertama, berdasarkan urutan orang yang meriwayatkan dari
perempuan itu laki-laki, seperti Ishaq al-Hasyimiy ‘an jaddatih …. Kedua, yang
meriwayatkan dari perempuan itu juga perempuan, seperti Umayyah binti Abi
al-Shillat dari imroati man bin Ghifar, dikatakan nama seoerang perempuan
(imroat)itu adalah laila.
Adapun bab
ini adalah bab terakhir dari kitab juz dua ini. Tampaknya memang kitab ini
tersusun atas dua juz untuk kitab
yang pembahas temukan.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
a.
Kitab ushul
al-ghabah bima’rifati shohabah adalah sebuah kitab yang amat terkenal
dikalangan para ulama dan umat islam pada khususnya yang mana kitab ini
termasuk kedalam tiga kitab termashur dari puluhan kitab yang membahas
didalamnya tentang para rijalul hadis dari kalangan sahabat, tabii’n dan
ulama-ulama yang sampai pada masanya baik laki-laki maupun perempuan.
b.
Al-Mizzi
menyusun dan menyempurnakan kitab Tadzhib al-Kamal fi
Asma’ al-Rijal dengan menggunakan dasar-dasar yang terdapat dalam
kitab al-kamal fi asma’ Ar-rijal. Kitab baru ini
dinamakan Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal.
c.
Tahdzib
al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya meringkas dan menyempurnakan
kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang oleh Ibn Hajar dianggap terlalu
panjang.
d.
Kitab Taqrib
At-Tadzhib merupakan salah satu kitab Biografi khusus
tokoh-tokoh hadis kitab Sohih dan Sunah yang empat. Pada kitab ini Ibnu Hajar
Al Asqalany meresume kitabnya sendiri “Tahdzib At-Tahdzib” menjadi seperenamnya. Kitab Tahdzib at
Tahdzib Ibnu hajar disusun
untuk meresume kitab Tahdzib Al kamal karangan Al Mizzy dan Kitab Tahdzib Al kamal disusun untuk meresume
Kitab Al kamal fi Asma Ar Rijal karangan Al Hafidz Abdul Ghony bin Abdul wahid
Al maqdisy al jamma’ily al Hambali.
B.
Kritik dan Saran
Demikian
persembahan makalah kami ini, memang masih banyak sekali kekurangan di
dalamnya, itu semua karna ketidak tahuan kami, dengan susah payah,
Alhamdulillah kami telah dapat menyelesaikan tugas ini, diharapkan bagi pembaca
setelah membaca makalah ini, sedikit banyak dapat mengerti tentang kitap-kitap
rijalul hadits, semoga bermanfaat bagi pembaca, terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
·
WWW.nazhroul.wordpress.com/2010/05/22/kitab-tahzib-karya-ibnu-hajar-al-‘asqalani.html
[2] WWW.nazhroul.wordpress.com/2010/05/22/kitab-tahzib-karya-ibnu-hajar-al-‘asqalani.html
di perbolehkan
untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat
harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver
pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik
hati.
jika kedua
syarat itu terpenuhi, maka halal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar