Jumat, 17 April 2015

Makalah Uraian Kitab-kitab yang Berkaitan dengan Biografi Periwayat Hadits



Makalah Uraian Kitab-kitab yang Berkaitan dengan Biografi Periwayat Hadits
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena berkat rahmat. taufiq. hidayah dan inayah-Nyalah makalah ini bisa kami selesaikan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman. Nabi Muhammad saw. yang telah membimbing umat-umatnya ke jalan yang benar. tiada lain dengan datangnya agama Islam.
Makalah yang berjudul (Uraian Kitab-Kitab bografi periwayat hadits)” ini merupakan usaha kami untuk memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Ulumul Hadits. Semoga dengan karya tulis kecil ini  bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Robbal ‘alamin
Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. maka dari itu kami berharap kepada teman-teman untuk tidak segan-segan memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi perbaikan makalah kami selanjutnya.








Kranji, 18 Oktober 2013

                                                                                                   Pemakalah



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN  .................................................................................................1
A.            Latar belakang .......................................................................................................... 1
B.            Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C.            Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
1.             ISI GLOBAL KITAB USHUL AL-GHOBAH BI MA;RIFATI SHOHABAH.............................................................................................................2
2.             ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-KAMAL.....................................................................................................................5
3.             ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-TAHDZIB................................................................................................................10
4.             ISI GLOBAL KITAB TAQRIB AL-TAHDZIB................................................................................................................14
BAB III PENUTUP .........................................................................................................20
A.             Kesimpulan ............................................................................................................20
B.             Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................  21


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Sehubungan dengan pentingnya ilmu ulumul hadits bagi mahasiswa kejuruan pendidikan agama islam. Maka di makalah kami ini, kami akan menjabarkan tentang isi global kitab-kitab yaitu meliputi; KITAB USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH, KITAB TAHDZIB AL-KAMAL, TAHDZIB AL-TAHDZIB, TAQRIB AT-TAHDZIB. Dalam kesempatan tugas membuat makalah ini, kami ingin mengupas tentang isi global kitab-kitab tersebut.

B.            Rumusan Masalah
1.             Apa isi global kitab USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH?
2.             Apa isi global kitab TAHDZIB AL-KAMAL?
3.             Apa isi global kitab TAHDZIB AL-TAHDZIB?
4.             Apa isi gobal kitab TAQRIB AT-TAHDZIB?

C.           Tujuan
1.             Mengetahui isi global kitab USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH
2.             Mengetahui isi global kitab TAHDZIB AL-KAMAL
3.             Mengetahui isi global kitab TAHDZIB AL-TAHDZIB
4.             Mengetahui isi global kitab TAQRIB AT-TAHDZIB




BAB II
PEMBAHASAN

1.             ISI GLOBAL KITAB USHUL AL-GHOBAH BI MA’RIFATI SHOHABAH
Kitabushul al-Ghabah bi ma’rifati ash-shahabah” karya seorang Mousul yakni Ibnu Atsir, yang lengkapnya dengan nama I’zuddin Abu Hasan A’li bin Abi al-Karom Muhammad bin Muhammad bin Abdil Karim Assyabani adalah sebuah kitab yang amat terkenal dikalangan para ulama dan umat islam pada khususnya yang mana kitab ini termasuk kedalam tiga kitab termashur dari puluhan kitab yang membahas didalamnya tentang para rijalul hadis dari kalangan sahabat, tabii’n dan ulama-ulama yang sampai pada masanya baik laki-laki maupun perempuan. Berikut adalah rincian dari kitab ushul al-ghabah bi ma’rifati shohabah :
Jilid pertama yang didalamnya memuat pembahasan tentang muqodimah an-Nasir, serta sekilas tentang biografi singkat Ibnu Atsir dan khosoisu kitab ushul al-ghabah fi ma’rifati as-shahabah.
Selanjutnya pada jilid pertama ini juga memuat didalamnya prakata ataupun muqodimah yang disampaikan oleh seorang mualif/pengarang Ibnu Atsir, serta pembahasan singkat, sebagai keta’ziman ataupun penghormatan beliau kepada para ulama sebelumya yang telah mengarang beberapa kitab tafsir ataupun hadis yang mana diataranya: Tafsir al-Qur’an al-Majid karya Ibnu Ishaq, al-Wasit fi tafsiri aidon lilwahidi, shahih bukhori, shahih Muslim, al-Muwato li Imam Malik, Musnad Ahmad bin Hamba, Musnad Abi Daud, al-Jami’ al-Kabir karya at-Turmudzi, Sunan an-Nasa-i, Maghazi Ibnu Ishaq, Musnad Mu’af bin i’mroni dan seterusnya.
Tidak hanya sampai disitu, sebelum sampai pada pembahsan inti tentang para rijalul hadis, beliau juga menjelaskan tentang perjalanan Rasulullah dari awal hayat sampai akhir hayatnya. Lalu kemudian dilanjutkan kepada pembahasan para rijalul hadis mulai dari huruf alif ataupun hamzah
Sedangkan jilid selanjutnya sampai pada jilid terakhir, didalamnya membahas tentang para rijalul hadis, alkunni, para sahabat perempuan dan perempuan yang majhul. Akan tetapi pada jilid terakhir terdapat ikhtitamul kitab yang disampaikan oleh sang mualif.
a.             Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan ataupun khosoisu kitab ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah :
Seperti apa yang telah disampaikan dalam muqodimatul kitab, bahwasannay Ibnu Atsir bukan seorang yang pertama kali mengarang kitab tentang para rijalul hadis, melainkan telah banyak para pendahulunya ataupun yang semasa dengannya telah mengarang kitab mengenai rijalul hadis. Meskipun demikian, Ibnu Atsir dalam kitabnya ini “ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah”, masih bersandar para pendahulunya dengan disertakan keinginannya yang kuat, kealiman dan usaha yang sungguh-sungguh. Sehingga dalam kitabnya ini terdapat beberapa khosoisu yang diantaranya :
Ø   Mengurutkan nama para sahabat sesuai dengan huruf hijaiyah agar dapat mempermudah menggunakannya, seperti halnya mu’jam ataupun kamus.
Ø   Mempermudah para pengguna, ketika mencari para nama sahabat yang memiliki nama yang mutasabihat ataupun memiliki kesamaan dengan nama yang lainnya.
Ø   Terdapat pembahasan kaliamat-kalimat yang gharib.
Ø   Telah membenarkan sebagian kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab para pendahulunya serta menambahkan kekurangan yang terdapat didalamnya.
Adapun kekurangan yang terdapat dalam kitab ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah, menurut penulis, meskipun dalam kitab ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shahabah ini secara khusus membahas Sahabat Nabi  tetapi pembahasannya secara mu’jam, yaitu diurutkan berdasarkan huruf hijaiyyah dari masing-masing nama periwayat hadis ditingkat Sahabat Nabi. Memang dengan sistem ini memudahkan dalam merujuk nama Sahabat Nabi yang akan dicari, tetapi klasifikasi atas Sahabat Nabi bisa dikatakan tidak ada berbeda halnya dengan Thabaqot al-Kubro
b.             Latar Belakang Penulisan Ushul Al-Ghobah Bi Ma’rifati shohabah
Sejauh ini, mengenai latar belakang penulisan kitab Ushul al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah yang dapat penulis tangkap ataupun simpulkan dari pernyataan Ibnu Atsir dalam muqodimah yang disampaikannya, adalah tidak lain karena ketaatannya kepada Allah swt, serta kecinntaannya terhadap baginda Nabi Muhammad saw. Adapun penulisan daripada kitab Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah ini dimulainya ketika beliau kembali atau pulang kedaerah asalnya yaitu maousul setelah menimba ilmu keberbagai daerah.
Yang mana beliau berniat untuk mengumpulkan mukhorij dan musnid hadis, selain itu juga atas pernyataan beberapa orang yang menamakan dirinya sebagai kelompok ahli muhaddisin bahwa pada masanya itu, kebutuhan hadis sangatlah diutamakan setelah kitabullah. Akan tetapi sedikit perhatian terhadap keadaan para musnid ataupun mukhorijnya[1]. Sehingga beliau berkeingginan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kedua hal tersebut yang pada akhirnya menghasilkan sebuah maha karya yang sangat gemilang yaitu kitab Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah.
Selanjutnya putra yang paling terkenal dan juga sebagai sohibul kitab Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah adalah I’zuddin Abu Hasan A’li bin Abi al-Karom Muhammad bin Muhammad bin Abdil Karim Assyabani yang terkenal dengan julukan Ibnu Atsir al-Jazri (13 Mei 1160 – 1233), Pada usia 21 tahun dia telah menyelesaikan pendidikan mengenai tradisi dan sejarah Islami kepada ayahnya di mosul, kemudian melanjutkan pendidikannya In the service of the amir untuk beberapa tahun, selain itu dia juga mengunjungi Baghdad dan Yerusalem dan kemudian Aleppo dan Damaskus. Yang mana pada akhirnya beliau meninggal di Mosul.
Adapun sumbangsihnya terhadap dunia, khususnya dunia Islam, yakni dari beberapa kitab yang telah ditulisnya yakni diantaranya :
·                al-Kamil fit-tarikh, yang meluas hingga tahun 1231. Buku ini telah disunting oleh Carl Tornberg, Ibn al-Atsir Chronicon quod perfectissinum inscribitur. Bagian pertama karyanya merupakan ringkasan karya Tabari dengan tambahan-tambahan besar. Dan kitab inilah yang paling terkenal dibandingkan kitab-kitab yang telah dikarangnya.
·                Ibnu Atsīr juga menulis sejarah Atabeg Mosul at-Tarikh al-atabakiya, yang diterbitkan dalam Recueil des historiens des croisades
·                 Kitab al-Lubab,adalah rikasan dari kitab al-Ansab lil-Masaa’ni
·                Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah, yang berbentuk sebuah mu’jam fi tarikh as-sahabah.

2.             ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-KAMAL
a.             Setting Historis dan Riwayat Hidup Al-Mizzi
Nama lengkapnya adalah Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin Al-Zaky ‘abdul Rahman bin Yusuf bin ‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-Qadha’i Al-Mizzi. Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari keturunan Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al-Qudha’i. Beliau pindah ke Damaskus dan menetap di salah satu desa yang bernama Mizzah dan nama inilah yang menjadi nisbah di akhir namanya. Di daerah Mizzi ini kabilah Kalb merupakan kabilah terbesar.
Al-Mizzi membaca Alquran dan fiqih sedikit demi sedikit. Keluarga Al-Mizzi tidak memberikan dorongan untuk mempelajari hadis, mereka tidak masyhur dalam keilmuan dan orang tuanya pun bukan ulama yang masyhur. Al-Mizzi mulai mempelajari hadis ketika berusia 21 tahun yaitu pada tahun 675 H.
Ia pertama kali mendengar hadis dari gurunya Syeikh Al-Musnid Al-Mu’ammar Zainuddin Abi Al-‘Abbas Ahmad bin Abi Al-Khair Salamah bin Ibrahim Al-Dimasyqi Al-Haddad Al-Hanbali mengkaji kitab Al-Hilyah karya Abi Nu’aim. Dari syeikh Ahmad bin Abi al-Khair, al-Mizzi mendapatkan kedudukan ilmu yang tinggi sehingga ada riwayat sejumlah ulama yang tsiqah darinya, antara lain: Saraf al-Din al-Dimyathi, Ibn al-Hulwaniyah, Ibn al-Khabbaz, Ibn al-‘Aththar, Ibn Taymiyah, al-Birzaly dan banyak lagi selain dari mereka. Bahkan Ibn Hajib pernah belajar darinya di Arafah pada tahun 620 H.[2]
Al-Mizzi juga banyak mengaji kitab-kitab pokok seperti al-kutub al-sittah, musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Abi al-Qasim al-Thabrani, Tarikh Madinatu salam karya Al-Baghdadi, Al-Sirah Ibnu Hisyam, Muwaththa’ Imam Malik, dan lainnya.
Al-Mizzi mengembara di kota-kota yang ada di Syam. Ia juga belajar di al-Quds al-Syarif, Himsha, Himah, dan Ba’labak. Sesudah itu ia menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah dan Madinah. Setelah itu ia pergi ke negeri-negeri Mesir. Ia belajar di Kairo, Alexandria, dan Bilbis sampai pada tahun 683 H. Di Alexandria sampai tahun 684 H ia belajar kepada Shadr al-Din Sahnun (w.695 H).
guru al-Mizzi (sekaligus temannya) yang paling berpengaruh yaitu Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd, Al-Halim Al-Ma’ruf Ibnu Taimiyah Al-Harany (661-728), Al-Mu’arrikh al-Muhaddits ‘Ilmuddin Abu Muhammad Al-Qasim bin Muhammad Al-Birzali (665-739), Muarrikhul Islam Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi (673-748)..
Al-Mizzi tertimpa penyakit pada awal Shafar 742 H. Awalnya, sakitnya ringan sehingga tidak menghalangi aktifitasnya dalam mengajarkan hadis yaitu juz ketiga dari kitab Tahdzib al-kamal hari kamis 10 Shafar. Pada hari sabtu tanggal 12 Shafar 742 H beliau wafat dan dimakamkan di samping makam istrinya ‘aisyah bint Ibrahim bin Shudaiq, sebelah barat makam Imam Taqiyuddin bin Taimiyyah.
b.             Latar Belakang Penulisan Kitab
Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal adalah kitab yang menghimpun guru-guru ashaabi kutub al-sittah dan perawi-perawi kutub al-sittah. Akan tetapi kitab ini bukanlah kitab yang pertama. Sebelumnya,  Ibnu Atsir telah menyusun sebuah kitab yang beliau beri nama” al-Mu’jam al-Musytamil ‘ala Dzikri Asma’ Syuyukh al-Aimmah al-Nabil”. Setelah itu al-Hafidz al-Kabir Abu Muhammad Abdul Ghaniy Ibn Abd al-Wahid al-Maqdisi al-Jamma’ili al-Hanbali (544-600 H) menyusun  Kitab al-Kamal Fi Asmaa’ ar-Rijal. Al-Hafidz Abd al-Ghoniy adalah orang  pertama yang menyusun kitab tentang para perawi yang terdapat di dalam kutub al-sittah. Akan tetapi, kitab ini juga membahas guru-guru mereka dan juga para perawi kutub al-sittah dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in sampai guru-guru penyusun kutub al-sittah.
Menurut Al-Mizzi setelah meneliti dan memahami kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga, tetapi di dalamnya masih terdapat banyak kekurangan. Banyak biografi para perawi kutub al-sittah yang tidak dicantumkan di dalamnya sehingga jumlahnya tidak sesuai dengan yang semestinya. Oleh karena itu, al-Mizzi menyusun kitab yang menyempurnakan kitab al-Kamal Fii Asmaa’Ar-Rijal dengan menggunakan dasar-dasar yang terdapat dalam kitab tersebut. Kitab baru ini dinamakan Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal. Al-Mizzi memulai penulisan kitabnya pada tanggal 9 Muharram 705 H dan selesai pada hari  id Adha 712 (selama tujuh tahun).

c.              Sistematika dan Metodologi Penulisan Kitab
Kitab Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal merupakan ringkasan dan penyempurnaan dari kitab al-Kamal. Kitab ini memuat 8645 perawi disusun dalam 35 jilid.
Sistematika dan metode yang digunakan oleh al-Mizzi dalam kitab ini, yaitu:
a.              Memuat guru-guru ashaab kutub al-sittah, perawi- perawi kutub al-sittah baik dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
b.             Kisah Rasulullah saw. di awal pembahasan.
c.              Disusun secara alfabetis/mu’jam.
d.             Memberikan simbol-simbol berikut : (ع) untuk kutub al-Sittah, (٤) untuk sunan al-Arba’ah, (خ) untuk kitab Shahih Bukhari, (م) untuk kitab Shahih Muslim, (د ) untuk kitab Sunan Abi Dawud, (ت) untuk kitab Sunan al-Tirmidzi, (س) untuk kitab Sunan al-Nasa’i, (ق) untuk kitab Sunan Ibnu Majah, (خت) untuk kitab Ta’liqat karya al-Bukhari, (بخ) untuk kitab al-Adab al-Mufrad karya al-Bukhari ,(ى) untuk kitab Raf’u al-Yadain karya al-Bukhari, (عخ) untuk kitab Kalq af’al al-’Ibad karya al-Bukhari,(ز) untuk kitab al-Qira’ah Khalfa al-Imam karya al-Bukhari, (مق) untuk Muqaddimah kitab Shahih Muslim, (مد) untuk kitab al-Marasil karya Abu Daud, (قد) untuk kitab al-Qadar karya Abu Daud, (خد) untuk Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh karya Abu Daud,(ف) untuk kitab al-Tafarrud karya Abu Daud, (صد) untuk kitab Fadhail al-Anshar karya Abu Daud, (ل) untuk kitab al-Masa’il karya Abu Daud, (كد) untuk kitab Musnad Malik karya Abu Daud, (ثم) untuk kitab al-Syama’il karya al-Turmudzi, (سى) untuk kitab al-Yaum wa al-Lailah karya al-Nasa’i, (كن) untuk kitab Musnad Malik karya al-Nasa’i, (ص) untuk kitab Khasa’is ’Ali karya al-Nasa’i, (عس) untuk kitab Musnad ’Ali karya al-Nasa’i, (فق) untuk kitab al-Tafsir karya Ibnu Majah.
e.              Nama-nama perawi yang diawali dengan kata ahmad lebih didahulukan.
f.               Pada bab Miim , nama-nama para perawi yang diawali dengan kata  Muhammad lebih didahulukan.
g.              Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan kunyah dan laqabnya.
h.             Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya, ibunya, pamannya atau lainnya.
i.                Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama kabilahnya, negerinya, pekerjaannya, atau sejenisnya.
Untuk lebih jelasnya, isi kitab dapat dilihat dalam uraian berikut:
Jilid pertama, tentang sejarah singkat Nabi Muhammad S.A.W., nama-nama beliau, putra-putri beliau, haji dan umrah Nabi, khadim Nabi, budak-budak Nabi, hewan peliharaan dan kendaraan Nabi, sifat-sifat dan akhlaq Nabi. Pada akhir jilid ini dimulai penulisan nama-nama rijal al-hadits yang diurutkan berdasarkan urutan mu’jam serta dimulai dengan nama Ahmad.
Jilid ke-dua dan ke-tiga, berisi nama-nama perawi yang diawali dengan huruf alif seperti: Aban, Asma’, Isma’il, Ayyub dan lain-lain.
Jilid ke-empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf ba’, ta’, tsa’, jim seperti: Badzam, Bajalah, Bujair, Tuba’i, Tilb, Talid, Tsabit, Jaban, Jabir dan lain-lain.
Jilid ke-lima, nama-nama yang dimulai dengan huruf jim, dan ha’ seperti: Ja’far, Ju’ail, Habs, Hatim, Hajib dan lain-lain.
Jilid ke-enam dan ke-tujuh, nama-nama yang dimulai dengan huruf ha’, dimulai dengan nama Hussam, Hasan, Hafs, Hakam, Hammad dan lain-lain.
Jilid ke-delapan, nama-nama yang dimulai dengan huruf kha’, dal, dzal, seperti Kharijah, Khalid, Darim, Daud, Dzakwan, Dzuhail dan lain-lain.
Jilid ke-sembilan, nama-nama yang dimulai dengan huruf ra’, dan zai, seperti: Rasyid, Rafi’, Zubair, Zuhairi, Zakariya dan lain-lain.
Jilid ke-sepuluh, ke-sebelas dan ke-duabelas, nama-nama yang dimulai dengan huruf zai, sin, syin seperti: Zaid, Sahim, Sa’d, Sa’id, Sufyan, Sulaiman, Syuja’, Syu’aib, Syihab dan lain-lain.
Jilid ke-tiga belas, ke-empat belas, ke-lima belas, ke-enam belas, ke-tujuh belas, ke-delapan belas, ke-sembilan belas, ke-dua puluh, ke-dua puluh satu, ke-dua puluh dua, ke-dua puluh tiga, nama-nama yang dimulai dengan huruf shad, dladl, tha’, zha’, ‘in, ghin, fa’, qaf, seperti: Shalih, Shafwan, al-Dlahhad, Dlamran, Toriq, Talhah, ‘Asim, ‘Amir, ‘Ubbad, ‘Abbas, ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdul Aziz, ‘Ubaidillah, ‘Usman, ‘Atha’, ‘Ali, ‘Umar, ‘Amr, ‘Imran, ‘Isa, Ghani, al-Fadl, Fudlail, al-Qasim, Qatadah, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf qaf, kaf, lam, seperti: Qa’is, Kasir, Ka’b, Luqman, Laits, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh lima, ke-dua puluh enam, ke-dua puluh tujuh, ke-dua puluh delapan, ke-dua puluh sembilan, dan ke-tiga puluh, nama-nama yang dimulai dengan huruf mim, dan nun seperti: Muhammad, Mus’ab, Musa, Maisah, Maimun, Nafi, Nashr, dannlain-lain.
Jilid ke-tiga puluh satu dan ke-tiga puluh dua, nama-nama yang di-mulai dengan huruf wawu, lam-alif, dan ya’, seperti: Washil, Waki’, al-Wahid, Wahb, Lahiq, Yasin, dan Yahya dan lain-lain.
Jilid ke-tiga puluh tiga, kitab Kuna (nama-nama yang dimulai dengan Abb, Umm dan sejenisnya).
Jilid ke-tiga puluh empat, nama-nama yang terkenal yang dinisbatkan pada nama qabilahnya.
Jilid ketigapuluh lima, menjelaskan orang-orang yang tekenal yang dinisbatkan kepada Suku, Negeri, pekerjaan, dan gelar (laqab). Para perawi yang masih samar, perawi dari kalangan wanita dan kunyah perawi wanita.
Ø   Kelebihan Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal:
a.              Memuat para perawi yang terdapat di kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal dan menambah para perawi kutubus sittah yang belum terdaftar di dalam kitab tersebut.
b.             Disebutkan sejumlah biografi para perawi supaya dapat dibedakan dari yang lain
c.              Memuat sejarah dari para guru ashaab kutubus sittah, rawi-rawinya, jarh wa ta’dil, tahun lahirnya, tahun wafatnya, dan lain-lain.
d.             Al-Mizzi mengklasifikasikan para perawi sebagaimana yang terdapat dalam empat fashol terakhir, yaitu: Fashal pertama, para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya atau keluarganya yang lain. Fashal kedua, para perawi yang terkenal dengan nama sukunya, negerinya, atau pekerjaannya. Fashal ketiga, para perawi yang terkenal dengan laqabnya. Fashal keempat, para perawi yang mubham.
e.               Seluruh biografi disusun secara alfabetis
f.               Terdapat simbol-simbol sebelum nama perawi yang menunjukkan bahwa nama perawi itu terdapat dalam kitab tertentu. Di antaranya adalah 6 tanda yang menunjukkan bahwa rawi itu terdapat dalam kutubus sittah, 1 tanda bagi perawi  yang disepakati oleh ashaabus sittah, 1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh ashaabul arba’ah, dan 19 tanda bagi pengarang ashaabus sittah lain.
Ø   Kekurangan Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal:
Menurut  pemakalah kitab Tahdzibul Kamal adalah kitab yang sangat luas cakupannya yang terdiri dari 35 jilid dan jumlah rawi yang berbilang-bilang. Oleh karena itu, pemakalah tidak banyak menemui kekurangan dari kitab ini. Begitu juga dari para ulama, pemakalah tidak mendapati banyak dari mereka yang mengkritik kitab ini. Kelemahanya menurut Ibn Hajar al-Asqalani, kitab ini hanyalah sebuah kitab yang mencakup indentitas para perawi saja. Adapun tentang penilaian kualitas rawi tersebut terdapat banyak keluputan

3.             ISI GLOBAL KITAB TAHDZIB AL-TAHDZIB
1.             Biografi Pengarang
Namanya adalah Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-’Asqalani [selanjutnya disebut Ibn Hajar], lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H. Sejak kecil Ibn Hajar telah piatu dan diasuh oleh ayahnya yang juga merupakan ahli fiqih, bahasa dan qira’ah. Selain itu Ibn Hajar juga telah mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna sejak umur 9 tahun.
Ibn Hajar tergolong ulama yang cukup produktif menghasilkan karya-karya dalam khazanah keislaman. Diantaranya adalah Fath al-Bari sebuah karya yang mencoba memberikan syarh terhadap kitab kumpulan hadits karya Imam Bukhori. Selain itu Ibn Hajar juga cukup concern dalam kajian Rijal al-Hadits. Diantara kitab-kitabnya adalah al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib dan Lisan al-Mizan dll.




2.             Tentang Kitab Tahdzib Al-Tahdzib
Tahdzib al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya meringkas dan menyempurnakan kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang oleh Ibn Hajar dianggap terlalu panjang.
Kemudian Ibn Hajar juga mengkritik kitab Tahdzib at-Tahdzib karya az-Dzahabi dan juga Kitab al-Kasyif yang memberikan pembahasan yang cukup panjang namun tidak memperhatikan ke-tsiqahan dan kritik jarh didalamnya, padahal kedua hal tersebut paling tidak menjadi tolok ukur utama. Selain itu juga terdapat beberapa nama yang keberadaan gurunya tidak diketahui dan tidak ada penjelasan lebih lanjut.

3.             Metode dan Sistematika
Berikutnya, Al Hafidz Ibnu Hajar melakukan resume kitab “Tahdzib Al-Kamal’ karangan Al-Mizzy dalam sebuah kitab yang berjudul “Tahdzib At-Tahdzib’. Garis besar sistematika ringkasannya sebagai berikut:
a.              Ia batasi menulis sesuatu yang berkaitan dengan al-jarh wat-ta’dil.
b.             Ia tidak tulis terlalu panjang hadis-hadis yang ditakhrij oleh Al Dzahaby dari riwayat-riwayatnya yang tinggi.
c.              Ia tidak masukkan guru-guru dan murid yang biografinya di tulis yang sudah disederhanakan oleh al-Mizzy, dan Ia batasi pada yang paling terkenal, paling kuat hafalan, dan yang dikenal sebagian mereka jika rawi itu sering disebut.
d.             Biasanya, ia tidak buang sedikitpun biografi yang singkat.
e.              Guru dan murid rawi yang biografinya ditulis tidak disusun dari segi usia, hafalan, isnad, kerabat dan lain sebagainya.
f.              Ia buang komentar terlalu banyak di sela sebagaian biografi, karena hal itu membuktikan tidak tautsiq dan tajrih.
g.             Pada biografi itu ditambahkan pandapatnya pendapat para tokoh yang menguatkan tajrih dan tautsiq dari luar kitab itu.
h.             Pada sebagian tempat didatangkannya sebagian perkataan asal dengan arti tanpa merusak maksudnya. Terkadang ditambahkannya sebagian lafadz yang mudah demi kemaslahatan.
i.               Ia tidak cantumkan banyak penyelisihan tentang wafatnya tokoh-tokoh kecuali pada tempat yang mengandung kemaslahatan tidak dibuang.
j.               Tidak dibuangnya seorang pun biografi tokoh-tokoh hadis yang terdapat “Tazhdzib al-Kamaal”.
k.             Ia tambahkan sebagian biografi yang diberikannya tambahan pada aslinya dengan jalan menulis nama rawi itu, nama ayahnya dengan tulisan tinta berwarna merah.
l.               Di sela sebagian biografi ia tambahkan perkataan yang tidak ada pada aslinya tetapi dimunculkannya dengan mengatakan قلت   aku berkata : hendaknya pembaca sadar bahwa seluruh kata setelah ‘Qultu’ merupakan tambahan Ibnu Hajar hingga akhir biografi.
m.           Ia konsisten pada rumus-rumus yang disebutkan oleh al-Mizzy. Tetapi tiga hal dari rumus-rumus itu dibuangnya, yaitu (مق – سي - ص) Ia juga konsisten menghadiri biografi-biografi pada kitab itu berdasarkan urutan aslinya seperti pada “Tahdzib’ al-Mizzy.
n.             Ia tidak cantumkan tiga pasal yang disebut al-Mizzy pada awal kitabnya. Hal itu yang berkaitan dengan syarat-syarat para tokoh hadis yang enam, menganjurkan periwayatan dari para rawi tsiqot dan biografi Nabi atau siroh Nabi.
Kitab tahdzib at-Tahdzib ini dimulai dengan abjad hamzah dengan perawi bernama Ahmad dan dengan huruf mim yang namanya Muhammad. Jika perawi memiliki nama kunyah atau nama aslinya telah dikenal atau tidak diperdebatkan maka akan dicantumkan dalam kelompok nama asli dan ditulis lagi dalam kelompok kunyah. Sedangkan jika nama aslinya tidak diketahui atau masih diperdebatkan maka dimasukkan dalam kelompok nama kunyah dan ditulis ulang dalam kelompok nama asli.
Pada bagian  muqaddimahnya dalam satu fasal Ibn Hajar menambahkan beberapa tanda untuk memudahkan yaitu:  ع untuk al-Kutub al-Tis’ah, ٤ untuk al-Kutub al-Arba’ah, خ untuk Shahih Bukhari, م untuk Shahih Muslim, د untuk Sunan Abu Dawud, ت untuk Sunan al-Turmudzi, س untuk Sunan al-Nasa’i, ق untuk Sunan Ibn Majah, خت untuk Shahih Bukhari dalam beberapa ta’liq, ي untuk Shahih Bukhari hanya pada al-Adab, عخ untuk Shahih Bukhari pada Khalq al-Ibad, ز untuk Shahih Bukhari pada qira’ah khalf al-Imam, مق untuk Shahih Muslim pada bagian muqaddimah, مد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian marasil, خد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian qadar, ف untuk Sunan Abu Dawud pada bagian kitab tafarrud, صد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian fadla’il al-Anshar, ل untuk Sunan Abu Dawud pada bagian masa’il, كد untuk Sunan Abu Dawud pada bagian Musnad Malik, نم untuk Sunan Turmudzi pada bagian Syama’il, سي untuk Sunan Nasa’i pada bagian Musnad Malik, ص untuk Sunan Nasa’i pada bagian Khasha’ish Ali, عس untuk Sunan Nasa’i pada bagian Musnad Ali, فق untuk Sunan Ibn Majah pada bagian Tafsir.
Ø   Kelebihan dan Kekurangan
a.             Kelebihan
1.             Kitab disusun menggunakan urutan Abjad sehingga memudahkan pencarian rawi
2.             Ada bab yang khusus mengelompokkan rawi berdasarkan kunyah-nya baik rawi laki-laki maupun perempuan.
3.             Ada bagian atau bab yang secara khusus mengelompokkan rawi wanita.
4.             Jilid terakhir merupakan fihris yang memudahkan pencarian.
b.             Kekurangan
a.              Banyak terjadi inkonsistensi kritik atau seleksi dalam penulisan karena sebagaimana diakui, karya ini merupakan ringkasan kitab sebelumnya sehingga data-data yang telah ada sebelumnya masih menjadi rujukan utama, meskipun juga tidak dinafikan adanya penambahan penilaian pada beberapa rawi.
b.             Sering menisbatkan kritikan langsung berdasarkan penilaian ulama yang masa hidupnya jauh lebih lampau dari Ibn Hajar tanpa menyebutkan persambungan rentetan kritikus-kritikus sebelumnya. Bahkan terkadang tanpa penjelasan alasan mengapa seorang rawi dinilai jarh.
c.              Terkadang masih mencantumkan pembahasan yang panjang lebar mengenai seorang rawi namun tidak ada data yang jelas sebagaimana diharapkan dalam muqaddimah.
4.             ISI GLOBAL KITAB TAQRIB AT-TAHDZIB
a.             Biografi Penulis
Namanya adalah Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-’Asqalani [selanjutnya disebut Ibn Hajar], lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H. Sejak kecil Ibn Hajar telah yatim dan diasuh oleh ayahnya yang juga merupakan ahli fiqih, bahasa dan qira’ah. Selain itu Ibn Hajar juga telah mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna sejak umur 9 tahun.
Ibn Hajar tergolong ulama yang cukup produktif menghasilkan karya-karya dalam khzanah keislaman. Diantaranya adalah Fath al-Bari sebuah karya yang mencoba memberikan syarh terhadap kitab kumpulan hadits karya Imam Bukhori. Selain itu Ibn Hajar juga cukup concern dalam kajian Rijal al-Hadits. Diantara kitab-kitabnya adalah al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib dan Lisan al-Mizan dll.
Kitab Taqrib At Tadzhib merupakan salah satu kitab Biografi khusus tokoh-tokoh hadis kitab Sohih dan Sunah yang empat. Pada kitab ini Ibnu Hajar Al Asqalany (w.852 H) meresume kitabnya sendiri “Tahdzib at Tahdzib” menjadi seperenamnya. Kitab Tahdzib at Tahdzib Ibnu hajar (w. 852 H) disusun untuk meresume kitab Tahdzib Al kamal karangan Al Mizzy ( w.742 H) dan Kitab Tahdzib Al kamal disusun untuk meresume Kitab Al kamal fi Asma Ar Rijal karangan Al Hafidz Abdul Ghony bin Abdul wahid Al maqdisy al jamma’ily al Hambali (w.600 H).
b.             Manhaj yang disusun pada Kitab Taqrib Al Tahdzib.
Dalam resume ini Ibnu Hajar melakukan langkah-langkah :
1.             Menempatkan keterangan-keterangan shahih dalam penyusunan kitab ini, dengan merujuk kepada sumber-sumber lain dalam fan ilmu rijal ini yang disusun dan dicetak memudahkan.
2.             Disebutnya semua biograf yang terdapat pada Tahdzib At Tahdzib tidak dibatasinya hanya pada biografi para rawi kitab-kitab hadis yang enam seperti yang dilakukan oleh Adz Dzahabi dalam “Al Kasyif” sebagaimana ia susun biografi itu berdasar urutan yang dibuatnya sendiri pada “At Tahdzib”
3.             Ditulisnya rumus-rumus yang pernah dicantumkan sendiri pada “Tahdzib At Tahdzib”. Bedanya ia berbeda dengan rumus Sunan yang empat jika rumus-rumus itu kebetulan sama. Pada At Tahdzib diberinya rumus ( ع ) dan pada kitab ini diberinya rumus ( عم ). Seperti ditambahkannya satu rumus yang tdak terdapat pada “At Tahdzib” yaitu kata-kata (تمييز ) / Tamyiz. Kata-kata ini isyarat untuk orang yang tidak mempunyai riwayat dalam kitab-kitab yang menadi pokok bahasan kitab itu.
4.             Dalam mukaddimah disebutkannya urutan para rawi. Dibatasinya mereka menjadi dua belas tingkat. Disebutnya lafadz-lafadz al Jarh wa at ta’dil yang masing-masing mempunyai lawan kata. Bagi perujuk kitab ini hendaknya memperhatikan tingkatan-tingkatan ini dan lafadz-lafadz lawannya sehingga tidak keliru. Karena mungkin saja, sebagian istilah digunakannya terminology khusus pada kitab ini.
5.             Dalam mukaddimah kitab itu disebutkan juga thobaqat para rawi yang biografinya ditulis dibuat dua belas thobaqot juga. Sebelum merujuk (menggunakan) kitab ini selayaknya diketahui thobaqot-thobaqot tersebut hingga perujuk dapat mengetahui terminologi khusus versi Ibnu Hajar dalam kitab ini.
6.             Pada resume ini, ditambahkannya satu pasal di akhir kitab yang berhubungan dengan penjelasan kaum wanita shohabiyah yang masih samar berdasarkan urutan orang yang meriwayatkan dari mereka pria atau wanita.
c.              Tingkatan Jarh dan Ta’dil dalam Taqrib
Ibnu hajar menyusun tingkatan jarh dan ta’dil ini menjadi 12 tingkatan:
1.             Sababat.
2.             Orang yang dikuatkan keterpujiannya, ini ditandai dengan penetapan sifat seperti tsiqat, atau af’al al-tafdil, seperti autsaaq al-Nas, atau penetapan ma’na seperti tsiqat hafid.
3.             Orang yang hanya mempunyai satu sifat, seperti tsiqat, mutqin tsabat, atau ‘adl.
4.             Orang yang derajatnya berkurang sedikit dari derajat yang ketiga biasanya diberi isyarah dengan shaduq sayyi`al-hifdz, shaduq yuhamm, lahu auham, yukhthi`, atau taghayyara bi akhiratin.
5.             Orang yang tidak punya banyak hadits, biasanya diisyarahkan dengan maqbul.
6.             Orang yang jumlah orang yang meriwayatkan darinya lebih dari satu dan tidak kuat, biasanya diisyarahi dengan mastur atau majhul hal.
7.             Orang yang tidak ditemukan penguat untuk menjadi mu’tabar baginya, dan ditemukan kelemahan orang itu, biasanya diberi isyarah dengan dla’if.
8.             Orang yang hanya diketahui oleh satu orang dan tidak kuat, biasanya dinamakan majhul.
9.             Orang yang tidak kuat, dlaif malahan ada yang mencelanya, namanya matruk/matruk al-hadits.
10.         Orang yang diduga berbohong.
11.         Orang yang menyandang gelar al-kadzdzab.
Dalam Taqrib al-Tahdzib juga terdapat rumus-rumus yang menjadi kode dari mukharrij hadits. Adapun kode-kode tersebut adalah sebagai berikut:
a.              Shahih Bukhari (خ)
b.              Mu’allaq dalam al-Bukhari (خت)
c.              Adab al-Mufrad dalam al-Bukhari (بخ)
d.              Bab Khalq Af’al al-‘Ibad dalam al-Bukhari (عخ)
e.               جزء القراءة خلق الامام dalam al-Bukhari (ز)
f.               رفع اليدين dalam al-Bukhari (ي)
g.              Shahih Muslim (م)
h.              Muqaddimah Muslim (مق)
i.                Sunan Abu Dawud (د)
j.                المراسيل dalam Abu Dawud (مد)
k.              Fadlail al-Anshar dalam Abu Dawud (صد)
l.                الناسخ dalam Abu Dawud (خد)
m.            القدر dalam Abu Dawud (قد)
n.              Bab التفرد dalam Abu Dawud (ف)
o.              المسائل dalam Abu Dawud (ل)
p.              Abu Dawud bab Musnad Malik (كد)
q.              Sunan Tirmidzi (ت)
r.                الشمائل dalam al-Tirmidzi (تم)
s.               Sunan al-Nasa`I (س)
t.                Musnad ‘Ali dalam al-Nasa`i (عس)
u.              ‘Amal al-yaum wa al-lailah dalam al-Nasa`I (سي)
v.              Musnad Malik dalam al-Nasa`i (كن)
w.            Keistimewaan (khasa`ish) imam ‘Ali dalam al-Nasa`i (ص)
x.              Sunan Ibnu Majah (ق)
y.              Bab al-Tafsir dalam Ibnu Majah (فق)
z.               Jika ada hadits seorang rijal yang hanya ada satu dalam satu kitab hadits saja dari kutub al-sittah maka cukup dengan nomor hadits itu sendiri walaupun hadits itu ditakhrij lagi bagi rijal itu di selain kutub al-sittah.
aa.          jika hadits tersebut ada di semua kitab hadits yang kita kenal dengan kutub al-sittah maka kodenya adalah (ع)
bb.         jika hadits tersebut ada di setiap kutub al-Tis’ah selain Bukhari Muslim maka kodenya adalah (4).
cc.          Untuk orang yang menurut para ulama tidak ada riwayat untuknya diberi tanda dengan تميزز, dengan maksud memberitahukan bahwa yang ini berbeda dari yang lainnya, orang-orang (rijal) yang tidak ada tandanya diberi penjelasan sebelum atau sesudahnya.
Kitab Taqrib al-Tahdzib ini disusun secara alfabetis, yakni tersusun dari hamzah sampai ya`. Akan tetapi, pada pembahasan huruf hamzah terdapat keunikan. Pada permulaan pembahasan diawali dengan membahas rijal yang bernama Ahmad, kira-kira sampai rijal yang ke-130. Kemudian diikuti dengan rijal yang bernama Adam dimulai dari nomor 132 sampai nomor rijal ke-135. Sedangkan yang ke-131 diisi oleh Ibrahim. Tidak diketahui mengapa terjadi ketidak-teraturan dalam penulisan Ibrahim ini. Sebenarnya kata Ibrahim ini seharusnya diletakkan di belakang kata Aban, yang kata ini ditulis setelah kata Adam.
Kata Aban (أبان) ini sendiri tertulis sebanyak delapan kali yaitu dari nomor rijal ke-135 sampai yang ke-143. Selanjutnya kata Ibrahim yang tertulis mulai dari nomor rijal sampai ke-280. Setelah itu barulah dimulai dengan kata Aby atau Abu. Penulisan Ibrahim, Adam dan Ahmad kemungkinan untuk memuliakan atau semacam tabarruk-an, namun pembahas tidak mengetahui secara pasti kenapa dimulai dengan Ahmad. Yang juga unik, kenapa nama Aban masuk justru di tengah-tengah kata Adam dan Ibrahim, yang penyebutannya diawalkan mungkin karena kesemuanya merupakan nama-nama para nabi.
Sedangkan nama Aban ini tidak diketahui apakah ia seorang nabi atau bukan. Akan tetapi untuk memberikan alasan bahwa mereka adalah nama-nama nabi kurang tepat juga, karena di belakang juga terdapat nama Ishaq yang letaknya justru setelah kata Usamah. Begitu pula kata Isma’il dan Ayyub tidak didahulukan seprti kata Ahmad. Bab hamzah ini berakhir pada kata Ayyub yang bernomor 633.
Bab al-Ba` dimulai dari rijal bernomor 634, di situ ia bernama Bab, yang diakhiri dengan rijal bernomor 794 yang bernama Bayhas/Bayhus. Setelah itu bab huruf ta` dimulai dari rijal ke-795 sampai rijal ke-811. Kemudian penulis menempatkan nama-nama rijal dengan dimulai huruf tsa (ث) pada antara nomor rijal 812 hingga 864, baru setelah itu disusul dengan huruf jim ج)) sampai urutan ke-994. Ha (ح) ada pada posisi 995sampai 1611. Disusul dengan kha` (خ) pada nomor 1612 sampai 1780. Dal (د) 1781 sampai 1844. Dzal (ذ) 1845 sampai 1856. Ra` (ر) 1857 sampai 1981. Zayun (ز) dari 1982 sampai 2173. Lalu sin (س) dari 2174 sampai 2196. Adapun setelah sin ini untuk kitab yang saya temukan tidak ada penomoran lagi hingga ya (ي).
Di sini nampaknya ada perbedaan waktu penulisan antara bab asma` rijal dan bab-bab sesudahnya. Kesimpulan ini berdasar pada pembacaan pembahas pada akhir dari bab ini, ada keterangan bahwa bab ini diselesaikan pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal 862 H. Bab ini berakhir pada Juz II. Akan tetapi, bab-bab selanjutnya dirampungkan setelah satu tahun selesainya bab ini
Kemudian dilanjutkan dengan bab al-Kuna (kunyah-kunyah). Sistematika dalam bab ini juga diurutkan sesuai huruf hija`iyyah. Seperti kita ketahui kunyah adalah nama yang diawali dengan kata Abu dan sejenisnya. Penyusunan alfabetisnya yang dimaksud yaitu huruf pertama kata Abu, seperti nama rijal yang termasuk pada bab ya ini, أبو يحيى الاسلامى.
Adapun setelah itu ada bab orang-orang yang dinisbatkan kepada ayahnya, ibunya, kakeknya atau bahkan pamannya. Bab ini juga disusun alfabetis. Bab orang-orang yang dinamakan berdasarkan qabilah-qabilah, negara-negara atau tempat-tempat keramaian, seperti al-Anbariy yaitu Muhammad bin Sulaiman.
Kemudian ada bab laqab-laqab dan sejenisnya, seperti al-Abrasy adalah Muhammad bin Harb nama ini juga untuk Salamah bin al-Fadl.
Kemudian juga ada bab al-Nisa`. Tampaknya bab ini juga disusun secara alfabetis. Akan tetapi, pembahas menemukan, sepanjang penelusuran yang telah dilakukan, ada huruf yang terlewatkan seperti ta (ت) yang langsung meloncat ke jim (ج). Pembahas tidak mengetahui apa yang menyebabkan peloncatan ini. Apakah tidak ada perowi perempuan yang mempunyai nama dengan di awali dengan huruf tsa` atau seperti apa. Dalam bab al-Nisa` ini, seperti pada bab asama` al-rijal, juga menampilkan kunyah-kunyah dari para perawi perempuan.
Ada beberapa pasal dalam asma al-Nisa` ini. Diantaranya ada pasal tentang nama orang yang dikatakan “dia anak perempuan fulan” (فصل في من قيل لها ابنة فلان), seperti “Ibnatu al-Harits bin ‘Amir….”. Ada juga pasal laqab-laqab al-Juhdumah (الجهدمة). Pembahas kurang faham dengan apa yang dimaksud dengan pasal ini. Kemudian pasal yang menjelaskan Nisa` yang mubham.
Bab ini dibagi menjadi dua. Pertama, berdasarkan urutan orang yang meriwayatkan dari perempuan itu laki-laki, seperti Ishaq al-Hasyimiy ‘an jaddatih …. Kedua, yang meriwayatkan dari perempuan itu juga perempuan, seperti Umayyah binti Abi al-Shillat dari imroati man bin Ghifar, dikatakan nama seoerang perempuan (imroat)itu adalah laila.
Adapun bab ini adalah bab terakhir dari kitab juz dua ini. Tampaknya memang kitab ini tersusun atas dua juz untuk kitab yang pembahas temukan.



BAB III
PENUTUP
A.           SIMPULAN
a.              Kitab ushul al-ghabah bima’rifati shohabah adalah sebuah kitab yang amat terkenal dikalangan para ulama dan umat islam pada khususnya yang mana kitab ini termasuk kedalam tiga kitab termashur dari puluhan kitab yang membahas didalamnya tentang para rijalul hadis dari kalangan sahabat, tabii’n dan ulama-ulama yang sampai pada masanya baik laki-laki maupun perempuan.
b.             Al-Mizzi menyusun dan menyempurnakan kitab Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal dengan menggunakan dasar-dasar yang terdapat dalam kitab al-kamal fi asma’ Ar-rijal. Kitab baru ini dinamakan Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal.
c.              Tahdzib al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya meringkas dan menyempurnakan kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang oleh Ibn Hajar dianggap terlalu panjang.
d.             Kitab Taqrib At-Tadzhib merupakan salah satu kitab Biografi khusus tokoh-tokoh hadis kitab Sohih dan Sunah yang empat. Pada kitab ini Ibnu Hajar Al Asqalany meresume kitabnya sendiri “Tahdzib At-Tahdzib” menjadi seperenamnya. Kitab Tahdzib at Tahdzib Ibnu hajar disusun untuk meresume kitab Tahdzib Al kamal karangan Al Mizzy dan Kitab Tahdzib Al kamal disusun untuk meresume Kitab Al kamal fi Asma Ar Rijal karangan Al Hafidz Abdul Ghony bin Abdul wahid Al maqdisy al jamma’ily al Hambali.
B.            Kritik dan Saran
Demikian persembahan makalah kami ini, memang masih banyak sekali kekurangan di dalamnya, itu semua karna ketidak tahuan kami, dengan susah payah, Alhamdulillah kami telah dapat menyelesaikan tugas ini, diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini, sedikit banyak dapat mengerti tentang kitap-kitap rijalul hadits, semoga bermanfaat bagi pembaca, terimakasih







DAFTAR PUSTAKA
·        WWW.aleem, blogspot.com/2012/07/rijaul-hadits.html
·        WWW.nazhroul.wordpress.com/2010/05/22/kitab-tahzib-karya-ibnu-hajar-al-‘asqalani.html


[1]Usd al-Ghabah fi ma’rifati ash-shabah, Ibnu Atsir, Darul Fikri. Hal 11
[2]  WWW.nazhroul.wordpress.com/2010/05/22/kitab-tahzib-karya-ibnu-hajar-al-‘asqalani.html

di perbolehkan untuk mengkopi dan menjadikan artikel ini sebagai referensi dan yang lainnya.
dengan syarat harus menyertakan catatan kaki dari alamat blog ini dan tolong ya, transver pulsa 1000 rupiah ke nomor 085708860032. terimasih sobat yang sudah berbaik hati.
jika kedua syarat itu terpenuhi, maka halal.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar